Unknown
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 36
ANALISIS TENTANG PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN DI RSUD SIDOARJO
Damarati 1, Yulis Pujiningsih 2
1.
Tenaga Pengajar Prodi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
2.
Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
ABSTRAK
Ketuban pecah dini merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban satu jam sebelum terdapat tanda- tanda persalinan. Faktor-faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini sulit diketahui. Kemungkinan adalah infeksi, golongan darah ibu dan anak tidak sesuai, multi graviditas (paritas), merokok, defisiensi gizi (vitamin C), inkompetensi servik, polyhidramnion, riwayat ketuban pecah dini, kelainan selaput ketuban. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendapatkan data paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Sidoarjo. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan desain penelitian cross sectional yang pengambilan sampelnya dilakukan secara probablility sampling dan tipe yang digunakan adalah sampel random. Jumlah populasi selama bulan April-Mei 2011 sebanyak 340 orang dan jumlah sampelnya sebanyak 183 orang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 183 ibu bersalin didapatkan sebanyak 138 orang (75,41%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan sebanyak 45 orang (24,59%) mengalami ketuban pecah dini. Dari 71 orang ibu primipara, 55 orang (77,46%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan 16 orang (22,54%) mengalami ketuban pecah dini, sedangkan dari 101 ibu multipara 76 orang (75,24%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan 25 orang (24,76%) mengalami ketuban pecah dini, Dan dari 11 orang ibu grande multipara, 7 orang (63,64%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan 4 orang (36,36%) mengalami ketuban pecah dini. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa sebagian besar ibu bersalin 101 orang (55,20%) adalah multipara.Sebagian besar ketuban pecah dini dialami oleh grande multipara sebanyak 4 orang (36,36%). Sebagian besar ibu bersalin 138 orang (75,41%) tidak mengalami ketuban pecah dini.
Kata Kunci: Paritas, ketuban pecah dini
____________________________________________________________________________
PENDAHULUAN
Berbagai permasalahan yang membahayakan ibu hamil saat ini sangat rentan terjadi, hal ini seiring banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang ditemui di dunia kebidanan terkait dengan tanda-tanda bahaya kehamilan. Yang paling menonjol saat ini adalah kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban ditunggu samapai 1 jam tidak diikuti tanda-tanda persalinan (inpartu). Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi di atas usia kehamilan 37 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah yang kontroversi dalam obstetric yang berkaitan dengan penyebabnya.
Menurut Hidayat (2009) walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD sulit diketahui. Kemungkinan faktor predisposisi adalah infeksi, golongan darah ibu dan anak tidak sesuai, multi graviditas (paritas), merokok, defisiensi gizi (vitamin C), inkompetensi servik, polihidramnion, riwayat KPD sebelumnya, kelainan selaput ketuban.
Menurut Hidayat (2009) komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindroma distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini, selain itu juga terjadinya prolapsus tali pusat. Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada ketuban pecah dini preterm. Hipoplasia paru
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 37
merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban pecah dini preterm. Kejadiannya mencapai 100% apabila ketuban pecah dini preterm terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
Menurut Manuaba (2010) kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu sekitar 4 %. Menurut
Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia sebanyak 35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran, sedangkan data kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo belum ada secara pasti, namun pada saat praktik klinik pada tanggal 29 Nopember- 12 Desember 2010 dari 20 orang ibu bersalin ditemukan 8 orang mengalami ketuban pecah dini. Dari adanya data yang belum pasti mengenai kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang gambaran paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Sidoarjo.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh paritas terhadap kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin periode bulan April-Mei 2011 di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo.
Tujuan Khususnya adalah :
1) Mengidentifikasi paritas ibu bersalin di RSUD Sidoarjo. 2) Mengidentifikasi ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Sidoarjo. 3) Menganalisis ketuban pecah dini dengan paritas di RSUD Sidoarjo.
BAHAN DAN METODE
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas atau risiko dan variabel terikat atau variabel akibat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Metode penelitian deskriptif adalah suatu keadaan secara objektif. Dalam penelitian ini ingin menggambarkan tentang paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin di VK RSUD Sidoarjo periode bulan April-Mei 2011 sebanyak 340 orang.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak besarnya sampel sebanyak 183 orang. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variable bebas dan variable terikat. Variable bebas adalah paritas dan Variabel tergantung dari penelitian ini adalah kejadian ketuban pecah dini.
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai dengan anak terakhir yang dicatat dalam rekam medik. Ketuban pecah dini adalah Ketuban pecah, dan sampai dengan 1 jam belum diikuti tanda-tanda inpartu yang dicatat dalam rekam medik.
Pengumpulan data dengan menggunakan lembar pengumpul data. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara tabulating, peneliti memindahkan data dari rekam medik kedalam tabel untuk dibuat rekapitulasi secara keseluruhan sehingga mempermudah peneliti dalam membuat tabel sesuai karakteristik masing-masing pada hasil penelitian. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan April- Mei 2011. Tempat penelitian ini diadakan di RSUD Sidoarjo.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data paritas ibu bersalin
Tabel 1. Distribusi Frekuensi paritas ibu bersalin di VK RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011
Paritas
f
%
Primipara
71
38,80
Multipara
101
55,20
Grande multipara
11
6,00
Total
183
100
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 183 ibu bersalin, sebanyak 101 orang (55,20%) ibu bersalin adalah multipara.
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 38
Data ketuban pecah dini
Tabel 2 Distribusi Frekuensi kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di VK RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011.
KPD
f
%
Tidak (-)
138
75,41
Ya (+)
45
24,59
Total
183
100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 183 ibu bersalin, sebanyak 138 orang (75,41%) tidak mengalami KPD.
Data ketuban pecah dini pada primipara
Tabel 3 Distribusi Frekuensi kejadian ketuban pecah dini pada primipara di RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011
Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa dari 71 ibu primipara sebanyak 55 orang (77,46%) tidak mengalami KPD.
Data ketuban pecah dini pada multipara
Tabel 4 Distribusi Frekuensi kejadian ketuban pecah dini pada multipara di RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011.
Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa dari 101 orang ibu multipara, sebanyak 76 orang (75,24%) tidak mengalami KPD
Data ketuban pecah dini pada grande multipara
Tabel 4 Distribusi Frekuensi kejadian ketuban pecah dini pada grande multipara di RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011.
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 11 orang grande multipara, 7 orang (63,64%) tidak mengalami KPD.
Analisis Data
Analisis Data paritas ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini.
Tabel 6 Analisis Dataparitas ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo periode bulan April-Mei 2011
Paritas
KPD
Jumlah
YA(+)
TDK(-)
f
%
f
%
f
%
Primipara
16
22,54
55
77,46
71
100
Multipara
25
24,76
76
75,46
101
100
Grandemultipara
4
36,36
7
63,64
11
100
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa dari 71 orang ibu kelompok primipara, sebagian besar yaitu 55 orang (77,46%) ibu bersalin tidak mengalami KPD. Sedangkan dari 101 orang ibu kelompok multipara, sebanyak 76 orang (75,46%) ibu bersalin tidak mengalami KPD. Dan dari 11 orang ibu kelompok grandemultipara, sebanyak 7 orang (63,64%) ibu bersalin tidak mengalami KPD.
Keadaan Paritas Ibu Bersalin di RSUD Sidoarjo.
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 183 ibu bersalin, sebagian besar yaitu 101 orang (55,20%) ibu bersalin adalah multipara.
Hal ini sesuai dengan teori Wiknjosastro (2007), yang menyatakan bahwa Paritas 2-3 (multipara) merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka
KPD
f
%
Tidak (-)
55
77,46
Ya (+)
16
22,5
Total
71
100
KPD
f
%
Tidak (-)
76
75,24
Ya (+)
25
24,76
Total
101
100
KPD
f
%
Tidak (-)
7
63,64
Ya (+)
4
36,36
Total
11
100
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 39
kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas satu dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.
Banyaknya ibu multipara yang bersalin di RSUD Sidoarjo menggambarkan bahwa program keluarga berencana sudah berhasil khususnya di kabupaten Sidoarjo. Keberhasilan program KB di kabupaten Sidoajo menepis opini yang ada di masyarakat bahwa banyak anak banyak rejeki.
Opini tersebut sudah tidak berlaku pada saat ini karna sebagian besar masyarakat sudah mengerti bahwa semakin banyak anak semakin banyak komplikasi pada saat hamil atau melahirkan.
Oleh karena itu, ibu dengan paritas 2-3 dianggap aman dalam menjalani proses kehamilan dan persiapan persalinannya, karena pada paritas ini ibu sudah memiliki pengalaman dalam menjalani proses kehamilan dan persalinannya. Selain itu, pada ibu multipara motilitas uterus dan kelenturan leher rahim masih berfungsi dengan baik.
Kejadian Ketuban Pecah dini di RSUD Sidoarjo.
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 45 orang (24,59%) mengalami ketuban pecah dini.
Tingginya kejadian ketuban pecah dini sebanyak 45 orang (24,59%) dari 183 orang yang bersalin di RSUD Sidoarjo tidak sesuai dengan teori Manuaba (2010), yang menyatakan bahwa Insidensi ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua persalinan. Selain itu, tingginya angka kejadian ketuban pecah dini di VK RSUD Sidoarjo juga dikarenakan RS tersebut merupakan RS rujukan tipe B non pendidikan untuk wilayah disekitar Kabupaten Sidoarjo. Sehingga banyaknya kejadian Ketuban pecah dini dikarenakan banyaknya rujukan ibu bersalin dengan ketuban pecah dini dari pelayanan-pelayanan kesehatan disekitar Kabupaten Sidoarjo, sehingga banyaknya kejadian ketuban pecah dini dikarenakan jumlah rujukan dari pelayanan kesehatan disekitar kabupaten Sidoarjo yang cukup sering.
Meskipun banyak publikasi tentang ketuban pecah dini, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, misalnya paritas. Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial dalam kasus kebidanan. Ketuban pecah dini seringkali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus ketuban pecah dini terutama pada pengelolaan konservatif.
Pembahasan tentang paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin.
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 71 orang ibu kelompok primipara, sebagian besar yaitu 55 orang (77,46%) ibu bersalin tidak mengalami KPD. Sedangkan dari 101 orang ibu kelompok multipara, sebanyak 76 orang (75,46%) ibu bersalin tidak mengalami KPD. Dan dari 11 orang ibu kelompok grandemultipara, sebanyak 7 orang (63,64%) ibu bersalin tidak mengalami KPD.
Hal ini tidak sesuai dengan teori Manuaba (2010) yang menyatakan bahwa paritas (multi/ grande multipara) merupakan faktor penyebab umu terjadinya ketuban pecah dini. Sedangkan menurut Geri Morgan dan Carole Hamilton (2009), paritas merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan ketuban pecah dini karena peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama proses kelahiran sebelumnya dan teori Dr.Prasanthi (2009) yang menyebutkan bahwa risiko terjadinya ketuban pecah dini lebih banyak terjadi pada grandemultipara yang disebabkan oleh motilitas uterus berlebih, perut gantung, kelenturan leher rahim yang berkurang sehingga dapat terjadi
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 40
pembukaan dini pada serviks, yang mengakibatkan terjadinya ketuban pecah dini.
Dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa sebagian besar ibu bersalin tidak mengalami ketuban pecah dini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pemeriksaan kehamilan yang teratur. Kebiasaan hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan yang sehat, minum cukup, olahraga teratur dan berhenti merokok. Membiasakan diri membersihkan daerah kemaluan dengan benar, yakni dari depan ke belakang, terutama setelah berkemih atau buang air besar. Memeriksakan diri ke dokter bila ada sesuatu yang tidak normal di daerah kemaluan, misalnya keputihan yang berbau atau berwarna tidak seperti biasanya. Untuk sementara waktu, berhenti melakukan hubungan seksual bila ada indikasi yang menyebabkan ketuban pecah dini, seperti mulut rahim yang lemah.
Menurut Ayah Bunda (2011) Mengonsumsi 100 mg vitamin C secara teratur saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu bisa mencegah terjadinya ketuban pecah dini. Dari hasil penelitian dari National Institute of Perinatology di Meksiko City, pada 120 wanita hamil yang secara acak diberikan 100 mg vitamin C, pada saat kehamilan memasuki usia 20 minggu. Vitamin C telah diketahui berperan penting dalam mempertahankan keutuhan membran (lapisan) yang menyelimuti janin dan cairan ketuban. Walaupun penelitian sebelumnya telah menghubungkan kadar yang rendah dari vitamin C pada ibu dengan meningkatnya resiko terjadinya pecahnya membran secara dini atau yang disebut dengan ketuban pecah dini ("premature rupture of membranes", PROM), tapi penelitian itu tidak menjelaskan tentang penggunaan suplemen vitamin C dalam menurunkan risiko terjadinya KPD.
Untuk itu, penelitian di Meksiko ini dilakukan. Dari hasil pemberian suplemen vitamin C yang dimulai pada saat usia kehamilan 20 minggu, menunjukkan peningkatan dari kadar vitamin C dalam darah dibanding dengan kelompok kontrol (tidak diberikan suplemen vitamin C). Dan peningkatan ini berhubungan juga dengan menurunnya resiko untuk mengalami KPD. Pada kelompok kontrol, terjadi KPD pada 14 dari 57 kehamilan (25%), sedang pada kelompok ibu yang diberikan vitamin C, terjadi penurunan KPD, yaitu hanya terjadi pada 4 dari 52 kehamilan.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan tujuan penelitian yaitu mengetahui tentang paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di VK RSUD Sidoarjo pada Bulan April-Mei 2011 dengan 183 ibu bersalin, maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut 1) Sebagian besar ibu bersalin 101 orang (55,20%) adalah multipara. 2) Sebagian besar ketuban pecah dini dialami oleh grande multipara sebanyak 4 orang (36,36%). 3) Sebagian besar ibu bersalin 138 orang (75,41%) tidak mengalami ketuban pecah dini.
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan sebagai berikut :
1) Bagi Tenaga Kesehatan diharapkan agar lebih meningkatkan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi mengenai komplikasi kehamilan misalnya ketuban pecah dini. Selain itu, bidan juga harus menyarankan kepada pasien agar rutin melakukan kunjungan antenatal sebagai deteksi dini adanya tanda-tanda bahaya kehamilan.
2) Bagi masyarakat hendaknya selalu memperhatiakn kondisi kehamilannya dan selalu memeriksakan ke tenaga kesehatan.
DAFTAR ACUAN
Ayah Bunda. 2011. Ketuban pecah dini. http//www.ayahbunda.co.id/artikel/kehamilan/tips/mengatasi ketuban pecah dini.
Bobak, dkk. 2005. Keperawatan maternitas. Jakarta : EGC
Friedman, 2005. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Harry Oxorn dan William R.forte 2010. Ilmu kebidanan patologi dan fisiologi persalinan.
Hidayat, Asri, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 41
Ketuban pecah dini. http://bidan-raka.blogspot.com/2011/04/ketuban-pecah-dini-kpd-atau-premature.html
Liu, David TY. 2008. Manual Persalinan. Jakarta :EGC
Manuaba, I.B.G, dkk. . 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologo & Obstetri Ginekologi Sosial Untuk profesi Bidan. Jakarta : EGC
_________. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :EGC
Morgan, Geri dan Hamilton Carole. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam, Siti Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Prasanthi. 2009. Morbiditas dan Mortalitas Perinatal Kasus Ketuban Pecah Dini. http://www.nikita/konsultasi-ibu/hamil.2009.php. (Diakses pada tanggal 25 februari 2011).
Santoso, Gempur. 2007. Fundamental metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif. Jakarta : Perstasi Pustaka.
Tim JNPK-KR. 2008. Asuhan persalinan normal. Jakarta:JNPK-KR.
Wiknjosastro, H,.2007. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Unknown
Obstetri merupakan cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan persalinan, hal-hal yang mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya (Oxford English Dictionary, 1933).

Obstetri terutama membahas tentang fenomena dan penatalaksanaan kehamilan, persalinan puerperium baik pada keadaan normal maupun abnormal. Nama lain obstetri adalah mid wifery.

Tujuan obstetri yaitu agar supaya setiap kehamilan yang diharapkan dan berpuncak pada ibu dan bayi yang sehat. Juga berusaha keras mengecilkan jumlah kematian wanita dan bayi sebagai akibat proses reproduksi atau jumlah kecacatan fisik, intelektual dan emosional yang diakibatkannya.

Statistik Vital Obstetri

Statistik vital obstetri meliputi:
1. Kelahiran
2. Angka kelahiran
3. Angka fertilitas
4. Kelahiran hidup
5. Lahir mati (still birth)
6. Kematian neonatal
7. Angka lahir mati
8. Angka kematian janin (sama dengan angka lahir mati)
9. Angka kematian neonatal
10. Angka kematian perinatal
11. Berat badan lahir rendah
12. Bayi cukup bulan (term infant)
13. Bayi kurang bulan (prematur)
14. Bayi lewat bulan (post term)
15. Abortus
16. Kematian ibu langsung (direct maternal death)
17. Kematian ibu tak langsung (indirect maternal death)
18. Kematian non maternal
19. Angka kematian ibu atau mortalitas ibu (maternal death rate atau maternal
mortality).

Kelahiran

Kelahiran adalah ekspulsi atau ekstraksi lengkap seorang janin dari ibu tanpa memperhatikan apakah tali pusatnya telah terpotong atau plasentanya masih berhubungan. Berat badan lahir adalah sama atau lebih 500 gram, panjang badan lahir adalah sama atau lebih 25 cm, dan usia kehamilan sama atau lebih 20 minggu.


Angka Kelahiran

Angka kelahiran adalah jumlah kelahiran per 1000 penduduk.

Angka Fertilitas

Angka fertilitas adalah jumlah kelahiran hidup per 1000 populasi wanita usia 15-44 tahun.

Kelahiran Hidup

Tanda utama kelahiran hidup adalah neonatus dapat bernapas. Tanda-tanda kehidupan lainnya meliputi denyut jantung dan gerakan spontan yang jelas dari otot volunter.

Lahir Mati (Still Birth)

Lahir mati ditandai oleh tidak ada satupun tanda-tanda kehidupan pada saat atau setelah kelahiran.

Kematian Neonatal

Kematian neonatal terdiri atas kematian neonatal dini dan kematian neonatal lanjut. Kematian neonatal dini adalah kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam 7 hari setelah kelahiran. Kematian neonatal lanjut adalah kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup lebih 7 hari sampai kurang 29 hari.

Angka Lahir Mati

Angka lahir mati adalah jumlah bayi yang dilahirkan mati per 1000 bayi yang lahir.

Angka Kematian Neonatal

Angka kematian neonatal adalah jumlah kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Perinatal

Angka kematian perinatal adalah jumlah bayi lahir mati ditambah kematian neonatal per 1000 kelahiran total.

Berat Badan Lahir Rendah

Berat badan lahir rendah adalah berat badan lahir kurang 2500 gram.

Bayi Cukup Bulan

Bayi cukup bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan 37-42 minggu atau 260-294 hari.

Bayi Kurang Bulan (Prematur)

Bayi kurang bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan kurang 37 minggu.

Bayi Lewat Bulan

Bayi lewat bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan lebih 42 minggu.

Abortus

Abortus adalah pengambilan atau pengeluaran janin atau embrio dari uterus selama paruh pertama masa kehamilan (20 minggu atau kurang) atau berat badan lahir kurang 500 gram atau panjang badan lahir 25 cm atau kurang.

Kematian Ibu Langsung

Kematian ibu langsung disebabkan komplikasi obstetri dari kehamilan, persalinan atau puerperium dan akibat intervensi, kelahiran, dan terapi tidak tepat.

Kematian Ibu Tak Langsung

Kematian ibu tak langsung disebabkan oleh penyakit yang timbul selama kehamilan, persalinan atau puerperium dan diperberat oleh adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan. Misalnya kematian ibu karena komplikasi stenosis mitral.

Kematian Non Maternal

Kematian non maternal disebabkan oleh kecelakaan atau faktor kebetulan yang sama sekali tidak berhubungan dengan kehamilan.



Cara Melahirkan Normal/Spontan




Unknown
Sistem saraf adalah sistem organ pada hewan yang terdiri atas sel neuron yang mengkoordinasikan aktivitas otot, memonitor organ, membentuk atau menghentikan masukan dari indra, dan mengaktifkan aksi. Komponen utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel neuroglia, neuron memainkan peranan penting dalam koordinasi.

Sistem saraf pada vertebrata secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.

       Neuron atau sel saraf yaitu merupakan sel yang terpanjang yang dimilki oleh tubuh manusia dan bertugas untuk menerima dan menghantarkan impuls ke tempat yang dituju. Selain itu juga sel neuron mempunyai kemampuan untuk menanggapi impuls yang mengenainya untuk disampaikan pada efektor.

Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson.
Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek.

Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier , yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls.

Nodus Ranvier adalah bagian atau titik pada akson yang tidak terbungkus selubung mielin. Nodus Ranvier memiliki diameter sekitar 1 mikrometer. Nodus Ranvier ditemukan oleh Louis-Antoine Ranvier. Selubung mielinberfungsi sebagai pelindung akson dan membungkusnya, namun selubung ini tidak membungkus secara keseluruhan, dan yang tidak terbungkus merupakan Nodus Ranvier.

Selubung Mielin adalah lapisan phospholipid yang mengelilingi akson pada banyak neuron. Sel Schwann mengsuplai mielin untuk neuron periferal, dimana oligodendrosit mengsuplai ke sistem saraf pusat. Mielin merupakan karakteristik dari vertebrata (gnathostome), tetapi juga diangkat oleh evolusi pararel beberapa invertebrata.[1] Mielin ditemukan oleh Louis-Antoine Ranvier pada tahun 1878

Macam-macam sel neuron
a.Berdasarkan fungsinya/jenisnya
1. Saraf sensorik/aferen yaitu neuron yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat (SSP).
2. Saraf motorik/eferen yaitu neuron yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari SSP ke efektor.
3. Saraf asosiasi/interneuron yaitu neuron yang menghubungkan antara neuorn sensorik satu dengan neuron motorik yang lain. Berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi neuron ajustor yang berfungsi untuk menghubungkan neuron sensorik dengan neuron motorik di dalam Sistem Saraf Pusat (SSP). Selain itu ada juga neuron konektor yang secara umum menghubungkan antara satu sel neuron dengan sel neuron yang lain.

b.Berdasarkan strukturnya

1. Neuron unipolar (neuron berkutub satu) yaitu neuron yang memiliki satu buah axon yang bercabang.
2. Neuron bipolar (neuron berkutub dua) yaitu neuron yang memiliki satu axon dan satu dendrite.
3. Neuron multipolar (neuron berkutub banyak) yaitu neuron yang memiliki satu axon dan sejumlah dendrite.

Komunikasi antar sel saraf adalah melalui penghantaran impuls. Hubungan penyampaian impuls dari satu neuron ke neuron yg lain disebut Sinapsis. Biasanya terjadi di ujung percabangan axon dengan ujung dendrite neuron yang lain. Celah antara satu neuron dengan neuron yang lain disebut dengan celah sinapsis. Di dalam celah sinapsis inilah terjadi loncatan-loncatan listrik yang bermuatan ion, baik ion positif dan ion negatif. Di dalam celah sinapsis ini juga terjadi pergantian antara impuls yang satu dengan yang lain, sehingga diperlukan enzim kolinetarase untuk menetralkan asetilkolin pembawa impuls yang ada. Dalam celah sinapsis juga terdapat penyampaian impuls dengan bantuan zat kimia berupa asetilkolin yang berperan sebagai pengirim (neurotransmitter/neurohumor).

Muatan listrik yang terjadi dalam satu axon akan memiliki muatan listrik yang berbeda antara lapisan luar dan lapisan dalam axon.

- Polarisasi yaitu keadaan istirahat pada sel neuron yang memperlihatkan muatan listrik positif dibagian luar dan muatan listrik negative di bagian dalam. Keadaan ini merupakan keadaan sel neuron yang tidak menerima impuls/tidak adanya implus yang masuk.
- Depolarisasi yaitu keadaan bekerjanya sel neuron yang memperlihatkan muatan listrik positif di bagian dalam dan muatan listrik negative di bagian luar. Keadaan ini merupakan keadaan sel neuron yang mendapatkan impuls atau menerima implus.


Neuroglia
Neuroglia merupakan suatu matriks jaringan penunjang khusus, fungsi neuroglia diantaranya adalah memberi nutrisi pada sel saraf. Macam-macam neuroglia diantaranya adalah astrosit, oligodendroglia mikroglia, dan sel schwan.

Mikroglia adalah tipe dari sel glial yang merupakan sel imun pada sistem saraf pusat. Mikroglia, sel glial terkecil dapat juga beraksi sebagai fagosit, membersihkan debris sistem saraf pusat. Kebanyakan merupakan sebagai representatif sistem imun otak dan medula spinalis. Mikroglia adalah sepupu dekat sel fagosit lainnya, termasuk makrofaga dan sel dendritik. Mikroglia memainkan beberapa peran penting dalam melindungi sistem saraf.

Astrosit atau Astroglia berfungsi sebagai “sel pemberi makan“ bagi neuron yang ada di dekatnya.
Astrosit dibedakan atas:
1. Astrosit dengan beberapa juluran panjang disebut astrosit fibrosa dan berlokasi di substansia putih.
2. Astrosit protoplasmatis, dengan banyak cabang-cabang pendek ditemukan dalam substansi kelabu.

Badan sel Astrosit berbentuk bintang dengan banyak tonjolan dan kebanyakan berakhir pada pembuluh darah sebagai kaki ‘perivaskular’ atau ‘foot processes’.

Oligodendrosit merupakan sel glia yang berperan membentuk selaput mielin dalam SSP.
Sel ini mempunyai lapisan dengan substansi lemak yang mengelilingi serabut-serabut akson sehingga terbentuk selubung mielin. Dibanding astrosit, oligodendrosit mempunyai badan sel yang relatif lebih kecil.

Sel Schwann sebagai neuron unipolar, sebagaimana oligodendrosit, membentuk mielin dan neurolemma pada SST. Neurolema adalah membran sitoplasma halus yang dibentuk oleh sel–sel Schwann yang membungkus serabut akson neuron dalam SST, baik yang bermielin maupun tidak bermielin. Neurolema merupakan struktur penyokong dan pelindung bagi serabut akson.

Walaupun neuroglia secara struktur menyerupai neuron, tetapi neuroglia tidak dapat menghantarkan impuls saraf, suatu fungsi yang merupakan bagian yang paling berkembang pada neuron.

Perbedaan lain yang penting adalah neuroglia tidak pernah kehilangan kemampuan untuk melakukan pembelahan. Kemampuan ini tidak dipunyai oleh neuron, khususnya neuron dalam SSP. Karena alasan inilah kebanyakan tumor–tumor otak adalah Gliomas atau tumor yang berasal dari sel–sel glia.

SSP (Sistem Saraf Pusat)


1.Otak

Diselimuti oleh selaput otak yang disebut selaput meninges. Selaput meninges terdiri dari 3 lapisan :

a. Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak dan bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang tengkorak. Berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan yang halus dari otak dan medula spinalis.
b. Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri dari lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut dengan ruang subaraknoid dan memiliki cairan yang disebut cairan serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan medulla spinalis dari guncangan.
c. Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak dan melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh darah. Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.

Otak dibagi menjadi beberapa bagian :
a. Cerebrum/Otak besar

1. Merupakan bagian otak yang memenuhi sebagian besar dari otak kita yaitu 7/8 dari otak.
2. Mempunyai 2 bagian belahan otak yaitu otak besar belahan kiri yang berfungsi mengatur kegaiatan organ tubuh bagian kanan. Kemudian otak besar belahan kanan yang berfungsi mengatur kegiatan organ tubuh bagian kiri.
3. Bagian kortex cerebrum berwarna kelabu yang banyak mengandung badan sel saraf. Sedangkan bagian medulla berwarna putih yang banyak mengandung dendrite dan neurit. Bagian kortex dibagi menjadi 3 area yaitu area sensorik yang menerjemahkan impuls menjadi sensasi. Kedua adalah area motorik yang berfungsi mengendalikan koordinasi kegiatan otot rangka. Ketiga adalah area asosiasi yang berkaitasn dengan ingatan, memori, kecedasan, nalar/logika, kemauan.
4. Mempunyai 4 macam lobus yaitu :
• Lobus frontal berfungsi sebagai pusat penciuman, indera peraba.
• Lobus temporal berungsi sebagai pusat pendengaran
• Lobus oksipetal berfungsi sebagai pusat pengliihatan.
• Lobus parietal berfungsi sebagai pusat ingatan, kecerdasan, memori, kemauan, nalar, sikap.

b. Mesencephalon/Otak tengah

1. Merupakan bagian otak yang terletak di depan cerebellum dan jembatan varol.
2. Berfungsi sebagai pusat pengaturanan refleks mata, refleks penyempitan pupil mata dan pendengaran.

c. Diencephalon/Otak depan

1. Merupakan bagian otak yang terletak dibagian atas dari batang otak dan di depan mesencephalon.
2. Terdiri dari talamus yang berfungsi untuk stasiun pemancar bagi impuls yang sampai di otak dan medulla spinalis.
3. Bagian yang kedua adalah hipotalamus yang berfungsi sebagai pusat pengaturan suhu tubuh, selera makan dan keseimbangan cairan tubuh, rasa lapar, daya sexualitas, watak, emosi.

d. Cerebellum

1. Merupakan bagian otak yang terletak di bagian belakang otak besar. Berfungsi sebagai pusat pengaturan koordinasi gerakan yang disadari dan keseimbangan tubuh serta posisi tubuh.
2. Terdapat 2 bagian belahan yaitu belahan cerebellum bagian kiri dan belahan cerebellum bagian kanan yang dihubungkan dengan jembatan varoli/ponds varoli yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari kedua bagian cerebellum. Jadi ponds varoli berfungsi sebagai penghantar impuls dari otot-otot kiri dan kanan tubuh.


2. Medula

a. Medulla oblongata

1. Disebut juga dengan sumsum lanjutan atau penghubung atau batang otak.
2. Terletak langsung setelah otak dan menghubungkana dengan medulla spinalis, di depan cerebellum.
3. Susunan kortexmya terdiri dari neeurit dan dendrite dengan warna putih dan bagian medulla terdiri dari bdan sel saraf dengan warna kelabu.
4. Berfungsi sebagai pusat pengaturan ritme respirasi, denyut jantung, penyempitan dan pelebaran pembuluh darah, tekanan darah, gerak alat pencernaan, menelan, batuk, bersin,sendawa.

b. Medulla spinalis

1. Disebut juga dengan sumsum tulang belakang dan terletak di dalam ruas-ruas tulang belakang yaitu ruas tulang leher sampai dengan tulang pinggang yang kedua.
2. Berfungsi sebagai pusat gerak refleks dan menghantarkan impuls dari organ ke otak dan dari otak ke organ tubuh.

SST (Susunan Saraf Tepi/Perifer)

Merupakan sistem saraf yang menghubungkan semua bagian tubuh dengan sistem saraf pusat.

1. Sistem saraf sadar/somatik

Merupakan sistem saraf yang kerjanya berlangsung secara sadar/diperintah oleh otak. Dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Sistem saraf pada otak

Merupakan sistem saraf yang berpusat pada otak dan dibedakan menjadi 12 pasang saraf

b. Sistem saraf sumsum spinalis

Merupakan sistem saraf yang berpusat pada medula spinalis (sumsum tulang belakang) yang berjumlah 31 pasang saraf yang terbagi sepanjang medula spinalis

2.Sistem saraf Otonom

1. Merupakan sistem saraf yang cara kerjanya secara tidak sadar/diluar kehendak/tanpa perintah oleh otak.
2. Sistem saraf yang mensarafi seluruh otot polos, otot jantung, kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin.
3. Dibedakan menjadi 2 bagian yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik yang keduanya bekerja secara antagonis/berlawanan.

a. Sistem saraf simpatik

1. Merupakan 25 pasang simpul saraf (ganglion) yang terdapat di medulal spinalis.
2. Disebut juga dengan sistem saraf thorakolumbar karena saraf ini keluar dari vertebrae thorak ke-1 sampai ke-12 dan vertebrae kolumbar ke-1 sampai dengan ke-3.
- Beberapa fungsi sistem saraf simpatik yaitu :
- Mempercepat denyut jantung
- Memperlebar pembuluh darah
- Menghambat pengeluaran air mata
- Memperluas/memperlebar pupil
- Menghambat sekresi air ludah
- Memperbesar bronkus
- Mengurangi aktivitas kerja usus
- Menghambat pembentukan urine

b. Sistem saraf parasimpatik

1. Merupakan sistem saraf yang keluar dari daerah otak.
2. Terdiri dari 4 saraf otak yaitu saraf nomor III (okulomotorik), nomor VII (Facial), nomor IX (glosofaring), nomor X (vagus).
3. Disebut juga dengan sistem saraf craniosakral karena saraf ini keluar dari daerah cranial dan juga dearah sakral.
- Beberapa fungsi sistem saraf parasimpatik yaitu :
- Memperlambat denyut jantung
- Mempersempit pembuluh darah
- Memperlancar pengeluaran air mata
- Memperkecil pupil
- Memperlancar sekresi air ludah
- Menyempitkan bronkus
- Menambah aktivitas kerja usus
- Merangsang pembentukan urine
Unknown




Jenis-jenis abortus :
1. Abortus spontan
2. Abortus yang disengaja
3. Abortus tidak aman
4. Abortus septik

Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 22 minggu). Tahapan abortus spontan meliputi :
1. Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut).
2. Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang menjadi
abortus inkomplit atau abortus komplit).
3. Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan).
4. Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan).

Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas.

Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal atau keduanya.

Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-sepsis dapat berasal dari infeksi jika organisme penyebab naik dari saluran kemih bawah setelah abortus spontan atau abortus tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak aman dengan menggunakan peralatan.


Penanganan abortus
____________

Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanya tanda-tanda infeksi atau adanya perlukaan uterus, vagina dan usus, lakukan irigasi vagina untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, obat-obat lokal atau bahan lainnya.

Penanganan abortus imminens :
1. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total.
2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
3. Jika perdarahan :
- Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika
perdarahan terjadi lagi.
- Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut,
khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan,
mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
4. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya
salbutamol atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah
abortus.

Penanganan abortus insipiens :
1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
- Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila
perlu).
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
- Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
- Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per
menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

Penanganan abortus inkomplit :
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per
oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia.
- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3. Jika kehamilan lebih 16 minggu :
- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi.
- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
- Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

Penanganan abortus komplit :
1. Tidak perlu evaluasi lagi.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
5. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
Unknown

Anatomi telinga dibahagi kepada 3 bahagian, iaitu telinga luar, tengah dan dalam. Telinga mempunyai dwi fungsi iaitu sebagai indera pendengaran dan sebagai alat bantu keseimbangan tubuh badan. Sebagai indera pendengaran, telinga sangat penting dalam proses pembelajaran pertuturan/bahasa. Seorang anak bahkan sejak dari dalam kandungan menggunakan indera pendengaran untuk belajar hal-hal baru dari dunia luar. Gangguan pada pendengaran jika terjadi sejak lahir akan mempengaruhi pada kemampuan berbahasa seseorang, sehingga seorang yang tuli dari lahir biasanya juga menderita tidak dapat bertutur ; kerana dia memang belum pernah mendengarkan bagaimana sebenarnya sebuah kata diucapkan.

Anatomi telinga manusia
 Setiap vertebrata (mahluk hidup bertulang belakang) memiliki sepasang telinga yang letaknya berlawanan yang berfungsi untuk menangkap gelombang suara untuk selanjutnya diteruskan ke otak melalui susunan saraf yang menghubungkan telinga ke otak iaitu nervus vestibulokoklearis. Dan sebagai alat keseimbangan dan untuk mengetahui posisi tubuh.  Secara anatomi, telinga manusia dibezakan menjadi tiga bahagian sebagai berikut :

1. Anatomi telinga luar manusia
Telinga luar manusia terdiri dari daun telinga, lubang telinga luar dan saluran telinga luar (liang telinga). Bentuk dan susunan daun telinga yang komplek berfungsi untuk menangkap dan mengarahkan gelombang suara menuju liang telinga yang akan ditangkap oleh gendang telinga (membran timpani).

2. Anatomi telinga tengah manusia
Telinga tengah terdiri dari gegendang telinga (membran timpani), tulang pendengaran (tulang martil, tulang landasan dan tulang sanggurdi). Getaran suara yang diterima gendang telinga akan diteruskan oleh tulang pendengaran, iaitu dari tulang martil ke tulang landasan dan terakhir ke tulang sanggurdi yang merupakan tulang pendengaran terkecil. Dari tulang sanggurdi, getaran akan diteruskan ke koklea atau rumah siput. Dalam keadaan normal, ruang pada telinga tengah berisi udara yang tidak berhubungan langsung dengan udara luar. Saluran yang menghubungkan udara di telinga tengah adalah saluran eustasia yang menghubungkan telinga tengah ke faring. Saluran eustsia akan tertutup dan terbuka pada saat manusia mengunyah dan menguap. Ini adalah mekanisme untuk menyamakan tekanan udara di luar dan di dalam telinga tengah.

3. Anatomi telinga dalam manusia
A. Organ Pendengaran
Telinga dalam terdiri atas labirin osea atau labirin tulang iaitu sebuah rangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe dan labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe.
Di depan labirin terdapat koklea (rumah siput) . Penampang melintang koklea terdiri daripada tiga bahagian iaitu skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Bahagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui tingkap berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.
Bahagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organo corti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bahagian otak dengan saraf vestibulokoklearis.

B. Organ Keseimbangan
Selain bahagian pendengaran, bahagian telinga dalam terdapat Indra Pengatur Keseimbangan atau organ Vestibular. Bahagian ini secara strukturnya terletak di belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus serta tiga saluran setengah lingkaran atau Saluran Gelung atau semisirkular. Kelima bahagian ini berfungsi mengatur keseimbangan tubuh dan memiliki sel rambut yang akan dihubungkan dengan bahagian keseimbangan dari saraf pendengaran.
Setelah mengetahui begitu rumit dan luar biasanya ciptaan dan rekabentuk anatomi telinga, sudah semestinya kita sebagai manusia selalu bersyukur akan nikmat Allah SWT yang di anugerahkan pada setiap manusia seperti salah satunya adalah nikmat pendengaran !

Unknown
anatomi paru manusia
Anatomi Paru-paru manusia
 
Anatomi Paru-paru Manusia, Paru-paru terletak sedemikian rupa sehingga setiap paru-paru berada di samping mediastinum.Oleh karenanya, masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar serta struktur-struktur lain dalam mediastinum. Masing-masing paru-paru berbentuk konus dan diliputi oleh pleura viseralis. Paru-paru terbenam bebas dalam rongga pleuranya sendiri, dan hanya dilekatkan ke mediastinum oleh radiks pulmonalis. Masing-masing paru-paru mempunyai apeks yang tumpul, menjorok ke atas dan masuk ke leher sekitar 2,5 cm diatas klavikula. Di pertengahan permukaan medial, terdapat hilus pulmonalis, suatu lekukan tempat masuknya bronkus, pembuluh darah dan saraf ke paru-paru untuk membentuk radikspulmonalis.
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya ± 90m2. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700juta buah.
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan dibagi oleh fisura oblikua dan fisurahorisontalis menjadi 3 lobus, yaitu lobus superior, medius dan inferior. Sedangkan paru-paru kiridibagi oleh fisura oblikua menjadi 2 lobus, yaitu lobus superior dan inferior.
Lapisan di sekitar paru-paru disebut pleura, membantu melindungi paru-paru dan memungkinkan mereka untuk bergerak saat bernafas. Batang tenggorokan (trakea) membawa udara ke dalam paru-paru. Trakea terbagi ke dalam tabung yang disebut bronkus, yang kemudian terbagi lagi menjadi cabang lebih kecil yang disebut bronkiol. Pada akhir dari cabang-cabang kecil inilah terdapat kantung udara kecil yang disebut alveoli 
Setiap bronkus lobaris, yang berjalan ke lobus paru-paru, mempercabangkan bronkussegmentalis. Setiap bronkus segmentalis yang masuk ke lobus paru-paru secara struktural danfungsional adalah independen, dan dinamakan segmen bronkopulmonalis. Segmen ini berbentuk piramid, mempunyai apeks yang mengarah ke radiks pulmonalis dan basisnya mengarah kepermukaan paru-paru. Tiap segmen dikelilingi oleh jaringan ikat, dan selain bronkus juga diisioleh arteri, vena, pembuluh limfe dan saraf otonom.
Asinus adalah unit respiratori fungsional dasar, meliputi semua struktur dari bronkhiolusrespiratorius sampai ke alveolus. Dalam paru-paru manusia, terdapat kira-kira 130.000 asini,yang masing-masing terdiri dari tiga bronkhiolus respiratorius, tiga duktus alveolaris dan 17sakus alveolaris.
Alveolus adalah kantong udara terminal yang berhubungan erat dengan jejaring kaya pembuluhdarah. Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi anatomisnya, semakin negatif tekanan intrapleuradi apeks, ukuran alveolus akan semakin besar. Ada dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I berukuranbesar, datar dan berbentuk skuamosa, bertanggungjawab untuk pertukaran udara. Sedangkan tipeII, yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta dalam pertukaran udara. Sel-sel tipe II inilah yangmemproduksi surfaktan, yang melapisi alveolus dan memcegah kolapnya alveolus.
Sirkulasi pulmonal memiliki aliran yang tinggi dengan tekanan yang rendah (kira-kira 50mmHg). Paru-paru dapat menampung sampai 20% volume darah total tubuh, walaupun hanya10% dari volume tersebut yang tertampung dalam kapiler. Sebagai respon terhadap aktivitas,terjadi peningkatan sirkulasi pulmonal.
Yang paling penting dari sistem ventilasi paru-paru adalah upaya terus menerus untuk memperbarui udara dalam area pertukaran gas paru-paru. Antara alveoli dan pembuluh kapiler paru-paru terjadi difusi gas yang terjadi berdasarkan prinsip perbedaan tekanan parsial gas yangbersangkutan.
Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak pernah sampai pada daerah pertukaran gas,tetapi tetap berada dalam saluran napas di mana pada tempat ini tidak terjadi pertukaran gas,seperti pada hidung, faring dan trakea. Udara ini disebut udara ruang rugi, sebab tidak bergunadalam proses pertukaran gas. Pada waktu ekspirasi, yang pertama kali dikeluarkan adalah udararuang rugi, sebelum udara di alveoli sampai ke udara luar. Oleh karena itu, ruang rugi merupakankerugian dari gas ekspirasi paru-paru. Ruang rugi dibedakan lagi menjadi ruang rugi anatomik dan ruang rugi fisiologik. Ruang rugi anatomik meliputi volume seluruh ruang sistem pernapasanselain alveoli dan daerah pertukaran gas lain yang berkaitan erat. Kadang-kadang, sebagianalveoli sendiri tidak berungsi atau hanya sebagian berfungsi karena tidak adanya atau buruknyaaliran darah yang melewati kapiler paru-paru yang berdekatan. Oleh karena itu, dari segifungsional, alveoli ini harus juga dianggap sebagai ruang rugi dan disebut sebagai ruang rugifisiologis.
Volume statis paru-paru
- Volume tidal (VT) = jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan setiap
kali bernafas pada saat istirahat. Volume tidal normal bagi 350-400 ml.
- Volume residu (RV) = jumlah gas yang tersisa di paru-paru setelah
menghembuskan nafas secara maksimal atau ekspirasi paksa. Nilai
normalnya adalah 1200 ml.
- Kapasitas vital (VC) = jumlah gas yang dapat diekspirasi setelah inspirasi
secara maksimal. VC = VT + IRV + ERV (seharusnya 80% TLC).
Besarnya adalah 4800 ml.
- Kapasitas total paru-paru (TLC) = yaitu jumlah total udara yang dapat
dimasukkan ke dalam paru-paru setelah inspirasi maksimal. TLC= VT +
IRV + ERV + RV. Besarnya adalah 6000 ml.
- Kapasitas residu fungsional (FRC) = jumlah gas yang tertinggal di paruparu setelah ekspirasi volume tidak normal. FRC = ERV + RV. Besarnya
berkisar 2400 ml.
- Kapasitas inspirasi (IC) = jumlah udara maksimal yang dapat diinspirasi
setelah ekspirasi normal. IC = VT + IRT. Nilai normalnya sekitar 3600
ml.
- Volume cadangan inspirasi (IRV) = jumlah udara yang dapat diinspirasi
secara paksa sesudah inspirasi volume tidak normal.
- Volume cadangan ekspirasi (ERV) = jumlah udara yang dapat diekspirasi
secara paksa sesudah ekspirasi volume tidak normal.
Hilus adalah tempat arteri pulmonalis, vena pulmonalis, bronkus dan saluran limfe masuk ke dalam paru. Hilus kanan letaknya kira-kira di pertengahan dari jarak apeks paru ke diafragma kanan. Hilus kiri letaknya lebih tinggi sedikit. Dari hilus ini dapat diikuti cabang-cabang dari arteri pulmonalis di dalam paru-paru yang makin kecil ke arah perifer. Vena pulmonalis tidak selalu terlihat pada radiografi polos, kecuali pada mitral stenosis. Pembuluh darah paru di lapangan bawah tampak lebih banyak dari pada lapangan paru atas. Trakea tampak jelas sebagai garis tengah dengan densitas film yang lebih sedikit. Percabangan trakea terdapat pada torkal ke-5
by Gusri Wahyudi

Selasa, 16 April 2013

JURNAL KEBIDANAN


Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 36
ANALISIS TENTANG PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN DI RSUD SIDOARJO
Damarati 1, Yulis Pujiningsih 2
1.
Tenaga Pengajar Prodi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
2.
Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
ABSTRAK
Ketuban pecah dini merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban satu jam sebelum terdapat tanda- tanda persalinan. Faktor-faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini sulit diketahui. Kemungkinan adalah infeksi, golongan darah ibu dan anak tidak sesuai, multi graviditas (paritas), merokok, defisiensi gizi (vitamin C), inkompetensi servik, polyhidramnion, riwayat ketuban pecah dini, kelainan selaput ketuban. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendapatkan data paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Sidoarjo. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan desain penelitian cross sectional yang pengambilan sampelnya dilakukan secara probablility sampling dan tipe yang digunakan adalah sampel random. Jumlah populasi selama bulan April-Mei 2011 sebanyak 340 orang dan jumlah sampelnya sebanyak 183 orang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 183 ibu bersalin didapatkan sebanyak 138 orang (75,41%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan sebanyak 45 orang (24,59%) mengalami ketuban pecah dini. Dari 71 orang ibu primipara, 55 orang (77,46%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan 16 orang (22,54%) mengalami ketuban pecah dini, sedangkan dari 101 ibu multipara 76 orang (75,24%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan 25 orang (24,76%) mengalami ketuban pecah dini, Dan dari 11 orang ibu grande multipara, 7 orang (63,64%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan 4 orang (36,36%) mengalami ketuban pecah dini. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa sebagian besar ibu bersalin 101 orang (55,20%) adalah multipara.Sebagian besar ketuban pecah dini dialami oleh grande multipara sebanyak 4 orang (36,36%). Sebagian besar ibu bersalin 138 orang (75,41%) tidak mengalami ketuban pecah dini.
Kata Kunci: Paritas, ketuban pecah dini
____________________________________________________________________________
PENDAHULUAN
Berbagai permasalahan yang membahayakan ibu hamil saat ini sangat rentan terjadi, hal ini seiring banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang ditemui di dunia kebidanan terkait dengan tanda-tanda bahaya kehamilan. Yang paling menonjol saat ini adalah kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban ditunggu samapai 1 jam tidak diikuti tanda-tanda persalinan (inpartu). Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi di atas usia kehamilan 37 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah yang kontroversi dalam obstetric yang berkaitan dengan penyebabnya.
Menurut Hidayat (2009) walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD sulit diketahui. Kemungkinan faktor predisposisi adalah infeksi, golongan darah ibu dan anak tidak sesuai, multi graviditas (paritas), merokok, defisiensi gizi (vitamin C), inkompetensi servik, polihidramnion, riwayat KPD sebelumnya, kelainan selaput ketuban.
Menurut Hidayat (2009) komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindroma distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini, selain itu juga terjadinya prolapsus tali pusat. Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada ketuban pecah dini preterm. Hipoplasia paru
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 37
merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban pecah dini preterm. Kejadiannya mencapai 100% apabila ketuban pecah dini preterm terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
Menurut Manuaba (2010) kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu sekitar 4 %. Menurut
Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia sebanyak 35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran, sedangkan data kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo belum ada secara pasti, namun pada saat praktik klinik pada tanggal 29 Nopember- 12 Desember 2010 dari 20 orang ibu bersalin ditemukan 8 orang mengalami ketuban pecah dini. Dari adanya data yang belum pasti mengenai kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang gambaran paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Sidoarjo.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh paritas terhadap kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin periode bulan April-Mei 2011 di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo.
Tujuan Khususnya adalah :
1) Mengidentifikasi paritas ibu bersalin di RSUD Sidoarjo. 2) Mengidentifikasi ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Sidoarjo. 3) Menganalisis ketuban pecah dini dengan paritas di RSUD Sidoarjo.
BAHAN DAN METODE
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas atau risiko dan variabel terikat atau variabel akibat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Metode penelitian deskriptif adalah suatu keadaan secara objektif. Dalam penelitian ini ingin menggambarkan tentang paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin di VK RSUD Sidoarjo periode bulan April-Mei 2011 sebanyak 340 orang.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak besarnya sampel sebanyak 183 orang. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variable bebas dan variable terikat. Variable bebas adalah paritas dan Variabel tergantung dari penelitian ini adalah kejadian ketuban pecah dini.
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai dengan anak terakhir yang dicatat dalam rekam medik. Ketuban pecah dini adalah Ketuban pecah, dan sampai dengan 1 jam belum diikuti tanda-tanda inpartu yang dicatat dalam rekam medik.
Pengumpulan data dengan menggunakan lembar pengumpul data. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara tabulating, peneliti memindahkan data dari rekam medik kedalam tabel untuk dibuat rekapitulasi secara keseluruhan sehingga mempermudah peneliti dalam membuat tabel sesuai karakteristik masing-masing pada hasil penelitian. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan April- Mei 2011. Tempat penelitian ini diadakan di RSUD Sidoarjo.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data paritas ibu bersalin
Tabel 1. Distribusi Frekuensi paritas ibu bersalin di VK RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011
Paritas
f
%
Primipara
71
38,80
Multipara
101
55,20
Grande multipara
11
6,00
Total
183
100
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 183 ibu bersalin, sebanyak 101 orang (55,20%) ibu bersalin adalah multipara.
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 38
Data ketuban pecah dini
Tabel 2 Distribusi Frekuensi kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di VK RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011.
KPD
f
%
Tidak (-)
138
75,41
Ya (+)
45
24,59
Total
183
100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 183 ibu bersalin, sebanyak 138 orang (75,41%) tidak mengalami KPD.
Data ketuban pecah dini pada primipara
Tabel 3 Distribusi Frekuensi kejadian ketuban pecah dini pada primipara di RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011
Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa dari 71 ibu primipara sebanyak 55 orang (77,46%) tidak mengalami KPD.
Data ketuban pecah dini pada multipara
Tabel 4 Distribusi Frekuensi kejadian ketuban pecah dini pada multipara di RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011.
Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa dari 101 orang ibu multipara, sebanyak 76 orang (75,24%) tidak mengalami KPD
Data ketuban pecah dini pada grande multipara
Tabel 4 Distribusi Frekuensi kejadian ketuban pecah dini pada grande multipara di RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011.
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 11 orang grande multipara, 7 orang (63,64%) tidak mengalami KPD.
Analisis Data
Analisis Data paritas ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini.
Tabel 6 Analisis Dataparitas ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo periode bulan April-Mei 2011
Paritas
KPD
Jumlah
YA(+)
TDK(-)
f
%
f
%
f
%
Primipara
16
22,54
55
77,46
71
100
Multipara
25
24,76
76
75,46
101
100
Grandemultipara
4
36,36
7
63,64
11
100
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa dari 71 orang ibu kelompok primipara, sebagian besar yaitu 55 orang (77,46%) ibu bersalin tidak mengalami KPD. Sedangkan dari 101 orang ibu kelompok multipara, sebanyak 76 orang (75,46%) ibu bersalin tidak mengalami KPD. Dan dari 11 orang ibu kelompok grandemultipara, sebanyak 7 orang (63,64%) ibu bersalin tidak mengalami KPD.
Keadaan Paritas Ibu Bersalin di RSUD Sidoarjo.
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 183 ibu bersalin, sebagian besar yaitu 101 orang (55,20%) ibu bersalin adalah multipara.
Hal ini sesuai dengan teori Wiknjosastro (2007), yang menyatakan bahwa Paritas 2-3 (multipara) merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka
KPD
f
%
Tidak (-)
55
77,46
Ya (+)
16
22,5
Total
71
100
KPD
f
%
Tidak (-)
76
75,24
Ya (+)
25
24,76
Total
101
100
KPD
f
%
Tidak (-)
7
63,64
Ya (+)
4
36,36
Total
11
100
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 39
kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas satu dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.
Banyaknya ibu multipara yang bersalin di RSUD Sidoarjo menggambarkan bahwa program keluarga berencana sudah berhasil khususnya di kabupaten Sidoarjo. Keberhasilan program KB di kabupaten Sidoajo menepis opini yang ada di masyarakat bahwa banyak anak banyak rejeki.
Opini tersebut sudah tidak berlaku pada saat ini karna sebagian besar masyarakat sudah mengerti bahwa semakin banyak anak semakin banyak komplikasi pada saat hamil atau melahirkan.
Oleh karena itu, ibu dengan paritas 2-3 dianggap aman dalam menjalani proses kehamilan dan persiapan persalinannya, karena pada paritas ini ibu sudah memiliki pengalaman dalam menjalani proses kehamilan dan persalinannya. Selain itu, pada ibu multipara motilitas uterus dan kelenturan leher rahim masih berfungsi dengan baik.
Kejadian Ketuban Pecah dini di RSUD Sidoarjo.
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 45 orang (24,59%) mengalami ketuban pecah dini.
Tingginya kejadian ketuban pecah dini sebanyak 45 orang (24,59%) dari 183 orang yang bersalin di RSUD Sidoarjo tidak sesuai dengan teori Manuaba (2010), yang menyatakan bahwa Insidensi ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua persalinan. Selain itu, tingginya angka kejadian ketuban pecah dini di VK RSUD Sidoarjo juga dikarenakan RS tersebut merupakan RS rujukan tipe B non pendidikan untuk wilayah disekitar Kabupaten Sidoarjo. Sehingga banyaknya kejadian Ketuban pecah dini dikarenakan banyaknya rujukan ibu bersalin dengan ketuban pecah dini dari pelayanan-pelayanan kesehatan disekitar Kabupaten Sidoarjo, sehingga banyaknya kejadian ketuban pecah dini dikarenakan jumlah rujukan dari pelayanan kesehatan disekitar kabupaten Sidoarjo yang cukup sering.
Meskipun banyak publikasi tentang ketuban pecah dini, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, misalnya paritas. Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial dalam kasus kebidanan. Ketuban pecah dini seringkali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus ketuban pecah dini terutama pada pengelolaan konservatif.
Pembahasan tentang paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin.
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 71 orang ibu kelompok primipara, sebagian besar yaitu 55 orang (77,46%) ibu bersalin tidak mengalami KPD. Sedangkan dari 101 orang ibu kelompok multipara, sebanyak 76 orang (75,46%) ibu bersalin tidak mengalami KPD. Dan dari 11 orang ibu kelompok grandemultipara, sebanyak 7 orang (63,64%) ibu bersalin tidak mengalami KPD.
Hal ini tidak sesuai dengan teori Manuaba (2010) yang menyatakan bahwa paritas (multi/ grande multipara) merupakan faktor penyebab umu terjadinya ketuban pecah dini. Sedangkan menurut Geri Morgan dan Carole Hamilton (2009), paritas merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan ketuban pecah dini karena peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama proses kelahiran sebelumnya dan teori Dr.Prasanthi (2009) yang menyebutkan bahwa risiko terjadinya ketuban pecah dini lebih banyak terjadi pada grandemultipara yang disebabkan oleh motilitas uterus berlebih, perut gantung, kelenturan leher rahim yang berkurang sehingga dapat terjadi
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 40
pembukaan dini pada serviks, yang mengakibatkan terjadinya ketuban pecah dini.
Dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa sebagian besar ibu bersalin tidak mengalami ketuban pecah dini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pemeriksaan kehamilan yang teratur. Kebiasaan hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan yang sehat, minum cukup, olahraga teratur dan berhenti merokok. Membiasakan diri membersihkan daerah kemaluan dengan benar, yakni dari depan ke belakang, terutama setelah berkemih atau buang air besar. Memeriksakan diri ke dokter bila ada sesuatu yang tidak normal di daerah kemaluan, misalnya keputihan yang berbau atau berwarna tidak seperti biasanya. Untuk sementara waktu, berhenti melakukan hubungan seksual bila ada indikasi yang menyebabkan ketuban pecah dini, seperti mulut rahim yang lemah.
Menurut Ayah Bunda (2011) Mengonsumsi 100 mg vitamin C secara teratur saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu bisa mencegah terjadinya ketuban pecah dini. Dari hasil penelitian dari National Institute of Perinatology di Meksiko City, pada 120 wanita hamil yang secara acak diberikan 100 mg vitamin C, pada saat kehamilan memasuki usia 20 minggu. Vitamin C telah diketahui berperan penting dalam mempertahankan keutuhan membran (lapisan) yang menyelimuti janin dan cairan ketuban. Walaupun penelitian sebelumnya telah menghubungkan kadar yang rendah dari vitamin C pada ibu dengan meningkatnya resiko terjadinya pecahnya membran secara dini atau yang disebut dengan ketuban pecah dini ("premature rupture of membranes", PROM), tapi penelitian itu tidak menjelaskan tentang penggunaan suplemen vitamin C dalam menurunkan risiko terjadinya KPD.
Untuk itu, penelitian di Meksiko ini dilakukan. Dari hasil pemberian suplemen vitamin C yang dimulai pada saat usia kehamilan 20 minggu, menunjukkan peningkatan dari kadar vitamin C dalam darah dibanding dengan kelompok kontrol (tidak diberikan suplemen vitamin C). Dan peningkatan ini berhubungan juga dengan menurunnya resiko untuk mengalami KPD. Pada kelompok kontrol, terjadi KPD pada 14 dari 57 kehamilan (25%), sedang pada kelompok ibu yang diberikan vitamin C, terjadi penurunan KPD, yaitu hanya terjadi pada 4 dari 52 kehamilan.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan tujuan penelitian yaitu mengetahui tentang paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di VK RSUD Sidoarjo pada Bulan April-Mei 2011 dengan 183 ibu bersalin, maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut 1) Sebagian besar ibu bersalin 101 orang (55,20%) adalah multipara. 2) Sebagian besar ketuban pecah dini dialami oleh grande multipara sebanyak 4 orang (36,36%). 3) Sebagian besar ibu bersalin 138 orang (75,41%) tidak mengalami ketuban pecah dini.
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan sebagai berikut :
1) Bagi Tenaga Kesehatan diharapkan agar lebih meningkatkan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi mengenai komplikasi kehamilan misalnya ketuban pecah dini. Selain itu, bidan juga harus menyarankan kepada pasien agar rutin melakukan kunjungan antenatal sebagai deteksi dini adanya tanda-tanda bahaya kehamilan.
2) Bagi masyarakat hendaknya selalu memperhatiakn kondisi kehamilannya dan selalu memeriksakan ke tenaga kesehatan.
DAFTAR ACUAN
Ayah Bunda. 2011. Ketuban pecah dini. http//www.ayahbunda.co.id/artikel/kehamilan/tips/mengatasi ketuban pecah dini.
Bobak, dkk. 2005. Keperawatan maternitas. Jakarta : EGC
Friedman, 2005. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Harry Oxorn dan William R.forte 2010. Ilmu kebidanan patologi dan fisiologi persalinan.
Hidayat, Asri, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 41
Ketuban pecah dini. http://bidan-raka.blogspot.com/2011/04/ketuban-pecah-dini-kpd-atau-premature.html
Liu, David TY. 2008. Manual Persalinan. Jakarta :EGC
Manuaba, I.B.G, dkk. . 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologo & Obstetri Ginekologi Sosial Untuk profesi Bidan. Jakarta : EGC
_________. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :EGC
Morgan, Geri dan Hamilton Carole. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam, Siti Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Prasanthi. 2009. Morbiditas dan Mortalitas Perinatal Kasus Ketuban Pecah Dini. http://www.nikita/konsultasi-ibu/hamil.2009.php. (Diakses pada tanggal 25 februari 2011).
Santoso, Gempur. 2007. Fundamental metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif. Jakarta : Perstasi Pustaka.
Tim JNPK-KR. 2008. Asuhan persalinan normal. Jakarta:JNPK-KR.
Wiknjosastro, H,.2007. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Kamis, 04 April 2013

ILMU KEBIDANAN OBSTETRI


Obstetri merupakan cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan persalinan, hal-hal yang mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya (Oxford English Dictionary, 1933).

Obstetri terutama membahas tentang fenomena dan penatalaksanaan kehamilan, persalinan puerperium baik pada keadaan normal maupun abnormal. Nama lain obstetri adalah mid wifery.

Tujuan obstetri yaitu agar supaya setiap kehamilan yang diharapkan dan berpuncak pada ibu dan bayi yang sehat. Juga berusaha keras mengecilkan jumlah kematian wanita dan bayi sebagai akibat proses reproduksi atau jumlah kecacatan fisik, intelektual dan emosional yang diakibatkannya.

Statistik Vital Obstetri

Statistik vital obstetri meliputi:
1. Kelahiran
2. Angka kelahiran
3. Angka fertilitas
4. Kelahiran hidup
5. Lahir mati (still birth)
6. Kematian neonatal
7. Angka lahir mati
8. Angka kematian janin (sama dengan angka lahir mati)
9. Angka kematian neonatal
10. Angka kematian perinatal
11. Berat badan lahir rendah
12. Bayi cukup bulan (term infant)
13. Bayi kurang bulan (prematur)
14. Bayi lewat bulan (post term)
15. Abortus
16. Kematian ibu langsung (direct maternal death)
17. Kematian ibu tak langsung (indirect maternal death)
18. Kematian non maternal
19. Angka kematian ibu atau mortalitas ibu (maternal death rate atau maternal
mortality).

Kelahiran

Kelahiran adalah ekspulsi atau ekstraksi lengkap seorang janin dari ibu tanpa memperhatikan apakah tali pusatnya telah terpotong atau plasentanya masih berhubungan. Berat badan lahir adalah sama atau lebih 500 gram, panjang badan lahir adalah sama atau lebih 25 cm, dan usia kehamilan sama atau lebih 20 minggu.


Angka Kelahiran

Angka kelahiran adalah jumlah kelahiran per 1000 penduduk.

Angka Fertilitas

Angka fertilitas adalah jumlah kelahiran hidup per 1000 populasi wanita usia 15-44 tahun.

Kelahiran Hidup

Tanda utama kelahiran hidup adalah neonatus dapat bernapas. Tanda-tanda kehidupan lainnya meliputi denyut jantung dan gerakan spontan yang jelas dari otot volunter.

Lahir Mati (Still Birth)

Lahir mati ditandai oleh tidak ada satupun tanda-tanda kehidupan pada saat atau setelah kelahiran.

Kematian Neonatal

Kematian neonatal terdiri atas kematian neonatal dini dan kematian neonatal lanjut. Kematian neonatal dini adalah kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam 7 hari setelah kelahiran. Kematian neonatal lanjut adalah kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup lebih 7 hari sampai kurang 29 hari.

Angka Lahir Mati

Angka lahir mati adalah jumlah bayi yang dilahirkan mati per 1000 bayi yang lahir.

Angka Kematian Neonatal

Angka kematian neonatal adalah jumlah kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Perinatal

Angka kematian perinatal adalah jumlah bayi lahir mati ditambah kematian neonatal per 1000 kelahiran total.

Berat Badan Lahir Rendah

Berat badan lahir rendah adalah berat badan lahir kurang 2500 gram.

Bayi Cukup Bulan

Bayi cukup bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan 37-42 minggu atau 260-294 hari.

Bayi Kurang Bulan (Prematur)

Bayi kurang bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan kurang 37 minggu.

Bayi Lewat Bulan

Bayi lewat bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan lebih 42 minggu.

Abortus

Abortus adalah pengambilan atau pengeluaran janin atau embrio dari uterus selama paruh pertama masa kehamilan (20 minggu atau kurang) atau berat badan lahir kurang 500 gram atau panjang badan lahir 25 cm atau kurang.

Kematian Ibu Langsung

Kematian ibu langsung disebabkan komplikasi obstetri dari kehamilan, persalinan atau puerperium dan akibat intervensi, kelahiran, dan terapi tidak tepat.

Kematian Ibu Tak Langsung

Kematian ibu tak langsung disebabkan oleh penyakit yang timbul selama kehamilan, persalinan atau puerperium dan diperberat oleh adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan. Misalnya kematian ibu karena komplikasi stenosis mitral.

Kematian Non Maternal

Kematian non maternal disebabkan oleh kecelakaan atau faktor kebetulan yang sama sekali tidak berhubungan dengan kehamilan.



Cara Melahirkan Normal/Spontan




Anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan Manusia


Sistem saraf adalah sistem organ pada hewan yang terdiri atas sel neuron yang mengkoordinasikan aktivitas otot, memonitor organ, membentuk atau menghentikan masukan dari indra, dan mengaktifkan aksi. Komponen utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel neuroglia, neuron memainkan peranan penting dalam koordinasi.

Sistem saraf pada vertebrata secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.

       Neuron atau sel saraf yaitu merupakan sel yang terpanjang yang dimilki oleh tubuh manusia dan bertugas untuk menerima dan menghantarkan impuls ke tempat yang dituju. Selain itu juga sel neuron mempunyai kemampuan untuk menanggapi impuls yang mengenainya untuk disampaikan pada efektor.

Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson.
Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek.

Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier , yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls.

Nodus Ranvier adalah bagian atau titik pada akson yang tidak terbungkus selubung mielin. Nodus Ranvier memiliki diameter sekitar 1 mikrometer. Nodus Ranvier ditemukan oleh Louis-Antoine Ranvier. Selubung mielinberfungsi sebagai pelindung akson dan membungkusnya, namun selubung ini tidak membungkus secara keseluruhan, dan yang tidak terbungkus merupakan Nodus Ranvier.

Selubung Mielin adalah lapisan phospholipid yang mengelilingi akson pada banyak neuron. Sel Schwann mengsuplai mielin untuk neuron periferal, dimana oligodendrosit mengsuplai ke sistem saraf pusat. Mielin merupakan karakteristik dari vertebrata (gnathostome), tetapi juga diangkat oleh evolusi pararel beberapa invertebrata.[1] Mielin ditemukan oleh Louis-Antoine Ranvier pada tahun 1878

Macam-macam sel neuron
a.Berdasarkan fungsinya/jenisnya
1. Saraf sensorik/aferen yaitu neuron yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat (SSP).
2. Saraf motorik/eferen yaitu neuron yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari SSP ke efektor.
3. Saraf asosiasi/interneuron yaitu neuron yang menghubungkan antara neuorn sensorik satu dengan neuron motorik yang lain. Berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi neuron ajustor yang berfungsi untuk menghubungkan neuron sensorik dengan neuron motorik di dalam Sistem Saraf Pusat (SSP). Selain itu ada juga neuron konektor yang secara umum menghubungkan antara satu sel neuron dengan sel neuron yang lain.

b.Berdasarkan strukturnya

1. Neuron unipolar (neuron berkutub satu) yaitu neuron yang memiliki satu buah axon yang bercabang.
2. Neuron bipolar (neuron berkutub dua) yaitu neuron yang memiliki satu axon dan satu dendrite.
3. Neuron multipolar (neuron berkutub banyak) yaitu neuron yang memiliki satu axon dan sejumlah dendrite.

Komunikasi antar sel saraf adalah melalui penghantaran impuls. Hubungan penyampaian impuls dari satu neuron ke neuron yg lain disebut Sinapsis. Biasanya terjadi di ujung percabangan axon dengan ujung dendrite neuron yang lain. Celah antara satu neuron dengan neuron yang lain disebut dengan celah sinapsis. Di dalam celah sinapsis inilah terjadi loncatan-loncatan listrik yang bermuatan ion, baik ion positif dan ion negatif. Di dalam celah sinapsis ini juga terjadi pergantian antara impuls yang satu dengan yang lain, sehingga diperlukan enzim kolinetarase untuk menetralkan asetilkolin pembawa impuls yang ada. Dalam celah sinapsis juga terdapat penyampaian impuls dengan bantuan zat kimia berupa asetilkolin yang berperan sebagai pengirim (neurotransmitter/neurohumor).

Muatan listrik yang terjadi dalam satu axon akan memiliki muatan listrik yang berbeda antara lapisan luar dan lapisan dalam axon.

- Polarisasi yaitu keadaan istirahat pada sel neuron yang memperlihatkan muatan listrik positif dibagian luar dan muatan listrik negative di bagian dalam. Keadaan ini merupakan keadaan sel neuron yang tidak menerima impuls/tidak adanya implus yang masuk.
- Depolarisasi yaitu keadaan bekerjanya sel neuron yang memperlihatkan muatan listrik positif di bagian dalam dan muatan listrik negative di bagian luar. Keadaan ini merupakan keadaan sel neuron yang mendapatkan impuls atau menerima implus.


Neuroglia
Neuroglia merupakan suatu matriks jaringan penunjang khusus, fungsi neuroglia diantaranya adalah memberi nutrisi pada sel saraf. Macam-macam neuroglia diantaranya adalah astrosit, oligodendroglia mikroglia, dan sel schwan.

Mikroglia adalah tipe dari sel glial yang merupakan sel imun pada sistem saraf pusat. Mikroglia, sel glial terkecil dapat juga beraksi sebagai fagosit, membersihkan debris sistem saraf pusat. Kebanyakan merupakan sebagai representatif sistem imun otak dan medula spinalis. Mikroglia adalah sepupu dekat sel fagosit lainnya, termasuk makrofaga dan sel dendritik. Mikroglia memainkan beberapa peran penting dalam melindungi sistem saraf.

Astrosit atau Astroglia berfungsi sebagai “sel pemberi makan“ bagi neuron yang ada di dekatnya.
Astrosit dibedakan atas:
1. Astrosit dengan beberapa juluran panjang disebut astrosit fibrosa dan berlokasi di substansia putih.
2. Astrosit protoplasmatis, dengan banyak cabang-cabang pendek ditemukan dalam substansi kelabu.

Badan sel Astrosit berbentuk bintang dengan banyak tonjolan dan kebanyakan berakhir pada pembuluh darah sebagai kaki ‘perivaskular’ atau ‘foot processes’.

Oligodendrosit merupakan sel glia yang berperan membentuk selaput mielin dalam SSP.
Sel ini mempunyai lapisan dengan substansi lemak yang mengelilingi serabut-serabut akson sehingga terbentuk selubung mielin. Dibanding astrosit, oligodendrosit mempunyai badan sel yang relatif lebih kecil.

Sel Schwann sebagai neuron unipolar, sebagaimana oligodendrosit, membentuk mielin dan neurolemma pada SST. Neurolema adalah membran sitoplasma halus yang dibentuk oleh sel–sel Schwann yang membungkus serabut akson neuron dalam SST, baik yang bermielin maupun tidak bermielin. Neurolema merupakan struktur penyokong dan pelindung bagi serabut akson.

Walaupun neuroglia secara struktur menyerupai neuron, tetapi neuroglia tidak dapat menghantarkan impuls saraf, suatu fungsi yang merupakan bagian yang paling berkembang pada neuron.

Perbedaan lain yang penting adalah neuroglia tidak pernah kehilangan kemampuan untuk melakukan pembelahan. Kemampuan ini tidak dipunyai oleh neuron, khususnya neuron dalam SSP. Karena alasan inilah kebanyakan tumor–tumor otak adalah Gliomas atau tumor yang berasal dari sel–sel glia.

SSP (Sistem Saraf Pusat)


1.Otak

Diselimuti oleh selaput otak yang disebut selaput meninges. Selaput meninges terdiri dari 3 lapisan :

a. Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak dan bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang tengkorak. Berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan yang halus dari otak dan medula spinalis.
b. Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri dari lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut dengan ruang subaraknoid dan memiliki cairan yang disebut cairan serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan medulla spinalis dari guncangan.
c. Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak dan melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh darah. Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.

Otak dibagi menjadi beberapa bagian :
a. Cerebrum/Otak besar

1. Merupakan bagian otak yang memenuhi sebagian besar dari otak kita yaitu 7/8 dari otak.
2. Mempunyai 2 bagian belahan otak yaitu otak besar belahan kiri yang berfungsi mengatur kegaiatan organ tubuh bagian kanan. Kemudian otak besar belahan kanan yang berfungsi mengatur kegiatan organ tubuh bagian kiri.
3. Bagian kortex cerebrum berwarna kelabu yang banyak mengandung badan sel saraf. Sedangkan bagian medulla berwarna putih yang banyak mengandung dendrite dan neurit. Bagian kortex dibagi menjadi 3 area yaitu area sensorik yang menerjemahkan impuls menjadi sensasi. Kedua adalah area motorik yang berfungsi mengendalikan koordinasi kegiatan otot rangka. Ketiga adalah area asosiasi yang berkaitasn dengan ingatan, memori, kecedasan, nalar/logika, kemauan.
4. Mempunyai 4 macam lobus yaitu :
• Lobus frontal berfungsi sebagai pusat penciuman, indera peraba.
• Lobus temporal berungsi sebagai pusat pendengaran
• Lobus oksipetal berfungsi sebagai pusat pengliihatan.
• Lobus parietal berfungsi sebagai pusat ingatan, kecerdasan, memori, kemauan, nalar, sikap.

b. Mesencephalon/Otak tengah

1. Merupakan bagian otak yang terletak di depan cerebellum dan jembatan varol.
2. Berfungsi sebagai pusat pengaturanan refleks mata, refleks penyempitan pupil mata dan pendengaran.

c. Diencephalon/Otak depan

1. Merupakan bagian otak yang terletak dibagian atas dari batang otak dan di depan mesencephalon.
2. Terdiri dari talamus yang berfungsi untuk stasiun pemancar bagi impuls yang sampai di otak dan medulla spinalis.
3. Bagian yang kedua adalah hipotalamus yang berfungsi sebagai pusat pengaturan suhu tubuh, selera makan dan keseimbangan cairan tubuh, rasa lapar, daya sexualitas, watak, emosi.

d. Cerebellum

1. Merupakan bagian otak yang terletak di bagian belakang otak besar. Berfungsi sebagai pusat pengaturan koordinasi gerakan yang disadari dan keseimbangan tubuh serta posisi tubuh.
2. Terdapat 2 bagian belahan yaitu belahan cerebellum bagian kiri dan belahan cerebellum bagian kanan yang dihubungkan dengan jembatan varoli/ponds varoli yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari kedua bagian cerebellum. Jadi ponds varoli berfungsi sebagai penghantar impuls dari otot-otot kiri dan kanan tubuh.


2. Medula

a. Medulla oblongata

1. Disebut juga dengan sumsum lanjutan atau penghubung atau batang otak.
2. Terletak langsung setelah otak dan menghubungkana dengan medulla spinalis, di depan cerebellum.
3. Susunan kortexmya terdiri dari neeurit dan dendrite dengan warna putih dan bagian medulla terdiri dari bdan sel saraf dengan warna kelabu.
4. Berfungsi sebagai pusat pengaturan ritme respirasi, denyut jantung, penyempitan dan pelebaran pembuluh darah, tekanan darah, gerak alat pencernaan, menelan, batuk, bersin,sendawa.

b. Medulla spinalis

1. Disebut juga dengan sumsum tulang belakang dan terletak di dalam ruas-ruas tulang belakang yaitu ruas tulang leher sampai dengan tulang pinggang yang kedua.
2. Berfungsi sebagai pusat gerak refleks dan menghantarkan impuls dari organ ke otak dan dari otak ke organ tubuh.

SST (Susunan Saraf Tepi/Perifer)

Merupakan sistem saraf yang menghubungkan semua bagian tubuh dengan sistem saraf pusat.

1. Sistem saraf sadar/somatik

Merupakan sistem saraf yang kerjanya berlangsung secara sadar/diperintah oleh otak. Dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Sistem saraf pada otak

Merupakan sistem saraf yang berpusat pada otak dan dibedakan menjadi 12 pasang saraf

b. Sistem saraf sumsum spinalis

Merupakan sistem saraf yang berpusat pada medula spinalis (sumsum tulang belakang) yang berjumlah 31 pasang saraf yang terbagi sepanjang medula spinalis

2.Sistem saraf Otonom

1. Merupakan sistem saraf yang cara kerjanya secara tidak sadar/diluar kehendak/tanpa perintah oleh otak.
2. Sistem saraf yang mensarafi seluruh otot polos, otot jantung, kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin.
3. Dibedakan menjadi 2 bagian yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik yang keduanya bekerja secara antagonis/berlawanan.

a. Sistem saraf simpatik

1. Merupakan 25 pasang simpul saraf (ganglion) yang terdapat di medulal spinalis.
2. Disebut juga dengan sistem saraf thorakolumbar karena saraf ini keluar dari vertebrae thorak ke-1 sampai ke-12 dan vertebrae kolumbar ke-1 sampai dengan ke-3.
- Beberapa fungsi sistem saraf simpatik yaitu :
- Mempercepat denyut jantung
- Memperlebar pembuluh darah
- Menghambat pengeluaran air mata
- Memperluas/memperlebar pupil
- Menghambat sekresi air ludah
- Memperbesar bronkus
- Mengurangi aktivitas kerja usus
- Menghambat pembentukan urine

b. Sistem saraf parasimpatik

1. Merupakan sistem saraf yang keluar dari daerah otak.
2. Terdiri dari 4 saraf otak yaitu saraf nomor III (okulomotorik), nomor VII (Facial), nomor IX (glosofaring), nomor X (vagus).
3. Disebut juga dengan sistem saraf craniosakral karena saraf ini keluar dari daerah cranial dan juga dearah sakral.
- Beberapa fungsi sistem saraf parasimpatik yaitu :
- Memperlambat denyut jantung
- Mempersempit pembuluh darah
- Memperlancar pengeluaran air mata
- Memperkecil pupil
- Memperlancar sekresi air ludah
- Menyempitkan bronkus
- Menambah aktivitas kerja usus
- Merangsang pembentukan urine

Jenis-Jenis Abortus






Jenis-jenis abortus :
1. Abortus spontan
2. Abortus yang disengaja
3. Abortus tidak aman
4. Abortus septik

Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 22 minggu). Tahapan abortus spontan meliputi :
1. Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut).
2. Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang menjadi
abortus inkomplit atau abortus komplit).
3. Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan).
4. Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan).

Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas.

Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal atau keduanya.

Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-sepsis dapat berasal dari infeksi jika organisme penyebab naik dari saluran kemih bawah setelah abortus spontan atau abortus tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak aman dengan menggunakan peralatan.


Penanganan abortus
____________

Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanya tanda-tanda infeksi atau adanya perlukaan uterus, vagina dan usus, lakukan irigasi vagina untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, obat-obat lokal atau bahan lainnya.

Penanganan abortus imminens :
1. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total.
2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
3. Jika perdarahan :
- Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika
perdarahan terjadi lagi.
- Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut,
khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan,
mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
4. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya
salbutamol atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah
abortus.

Penanganan abortus insipiens :
1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
- Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila
perlu).
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
- Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
- Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per
menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

Penanganan abortus inkomplit :
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per
oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia.
- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3. Jika kehamilan lebih 16 minggu :
- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi.
- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
- Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

Penanganan abortus komplit :
1. Tidak perlu evaluasi lagi.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
5. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

Anatomi Telinga Manusia



Anatomi telinga dibahagi kepada 3 bahagian, iaitu telinga luar, tengah dan dalam. Telinga mempunyai dwi fungsi iaitu sebagai indera pendengaran dan sebagai alat bantu keseimbangan tubuh badan. Sebagai indera pendengaran, telinga sangat penting dalam proses pembelajaran pertuturan/bahasa. Seorang anak bahkan sejak dari dalam kandungan menggunakan indera pendengaran untuk belajar hal-hal baru dari dunia luar. Gangguan pada pendengaran jika terjadi sejak lahir akan mempengaruhi pada kemampuan berbahasa seseorang, sehingga seorang yang tuli dari lahir biasanya juga menderita tidak dapat bertutur ; kerana dia memang belum pernah mendengarkan bagaimana sebenarnya sebuah kata diucapkan.

Anatomi telinga manusia
 Setiap vertebrata (mahluk hidup bertulang belakang) memiliki sepasang telinga yang letaknya berlawanan yang berfungsi untuk menangkap gelombang suara untuk selanjutnya diteruskan ke otak melalui susunan saraf yang menghubungkan telinga ke otak iaitu nervus vestibulokoklearis. Dan sebagai alat keseimbangan dan untuk mengetahui posisi tubuh.  Secara anatomi, telinga manusia dibezakan menjadi tiga bahagian sebagai berikut :

1. Anatomi telinga luar manusia
Telinga luar manusia terdiri dari daun telinga, lubang telinga luar dan saluran telinga luar (liang telinga). Bentuk dan susunan daun telinga yang komplek berfungsi untuk menangkap dan mengarahkan gelombang suara menuju liang telinga yang akan ditangkap oleh gendang telinga (membran timpani).

2. Anatomi telinga tengah manusia
Telinga tengah terdiri dari gegendang telinga (membran timpani), tulang pendengaran (tulang martil, tulang landasan dan tulang sanggurdi). Getaran suara yang diterima gendang telinga akan diteruskan oleh tulang pendengaran, iaitu dari tulang martil ke tulang landasan dan terakhir ke tulang sanggurdi yang merupakan tulang pendengaran terkecil. Dari tulang sanggurdi, getaran akan diteruskan ke koklea atau rumah siput. Dalam keadaan normal, ruang pada telinga tengah berisi udara yang tidak berhubungan langsung dengan udara luar. Saluran yang menghubungkan udara di telinga tengah adalah saluran eustasia yang menghubungkan telinga tengah ke faring. Saluran eustsia akan tertutup dan terbuka pada saat manusia mengunyah dan menguap. Ini adalah mekanisme untuk menyamakan tekanan udara di luar dan di dalam telinga tengah.

3. Anatomi telinga dalam manusia
A. Organ Pendengaran
Telinga dalam terdiri atas labirin osea atau labirin tulang iaitu sebuah rangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe dan labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe.
Di depan labirin terdapat koklea (rumah siput) . Penampang melintang koklea terdiri daripada tiga bahagian iaitu skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Bahagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui tingkap berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.
Bahagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organo corti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bahagian otak dengan saraf vestibulokoklearis.

B. Organ Keseimbangan
Selain bahagian pendengaran, bahagian telinga dalam terdapat Indra Pengatur Keseimbangan atau organ Vestibular. Bahagian ini secara strukturnya terletak di belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus serta tiga saluran setengah lingkaran atau Saluran Gelung atau semisirkular. Kelima bahagian ini berfungsi mengatur keseimbangan tubuh dan memiliki sel rambut yang akan dihubungkan dengan bahagian keseimbangan dari saraf pendengaran.
Setelah mengetahui begitu rumit dan luar biasanya ciptaan dan rekabentuk anatomi telinga, sudah semestinya kita sebagai manusia selalu bersyukur akan nikmat Allah SWT yang di anugerahkan pada setiap manusia seperti salah satunya adalah nikmat pendengaran !

Anatomi Paru Manusia


anatomi paru manusia
Anatomi Paru-paru manusia
 
Anatomi Paru-paru Manusia, Paru-paru terletak sedemikian rupa sehingga setiap paru-paru berada di samping mediastinum.Oleh karenanya, masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar serta struktur-struktur lain dalam mediastinum. Masing-masing paru-paru berbentuk konus dan diliputi oleh pleura viseralis. Paru-paru terbenam bebas dalam rongga pleuranya sendiri, dan hanya dilekatkan ke mediastinum oleh radiks pulmonalis. Masing-masing paru-paru mempunyai apeks yang tumpul, menjorok ke atas dan masuk ke leher sekitar 2,5 cm diatas klavikula. Di pertengahan permukaan medial, terdapat hilus pulmonalis, suatu lekukan tempat masuknya bronkus, pembuluh darah dan saraf ke paru-paru untuk membentuk radikspulmonalis.
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya ± 90m2. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700juta buah.
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan dibagi oleh fisura oblikua dan fisurahorisontalis menjadi 3 lobus, yaitu lobus superior, medius dan inferior. Sedangkan paru-paru kiridibagi oleh fisura oblikua menjadi 2 lobus, yaitu lobus superior dan inferior.
Lapisan di sekitar paru-paru disebut pleura, membantu melindungi paru-paru dan memungkinkan mereka untuk bergerak saat bernafas. Batang tenggorokan (trakea) membawa udara ke dalam paru-paru. Trakea terbagi ke dalam tabung yang disebut bronkus, yang kemudian terbagi lagi menjadi cabang lebih kecil yang disebut bronkiol. Pada akhir dari cabang-cabang kecil inilah terdapat kantung udara kecil yang disebut alveoli 
Setiap bronkus lobaris, yang berjalan ke lobus paru-paru, mempercabangkan bronkussegmentalis. Setiap bronkus segmentalis yang masuk ke lobus paru-paru secara struktural danfungsional adalah independen, dan dinamakan segmen bronkopulmonalis. Segmen ini berbentuk piramid, mempunyai apeks yang mengarah ke radiks pulmonalis dan basisnya mengarah kepermukaan paru-paru. Tiap segmen dikelilingi oleh jaringan ikat, dan selain bronkus juga diisioleh arteri, vena, pembuluh limfe dan saraf otonom.
Asinus adalah unit respiratori fungsional dasar, meliputi semua struktur dari bronkhiolusrespiratorius sampai ke alveolus. Dalam paru-paru manusia, terdapat kira-kira 130.000 asini,yang masing-masing terdiri dari tiga bronkhiolus respiratorius, tiga duktus alveolaris dan 17sakus alveolaris.
Alveolus adalah kantong udara terminal yang berhubungan erat dengan jejaring kaya pembuluhdarah. Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi anatomisnya, semakin negatif tekanan intrapleuradi apeks, ukuran alveolus akan semakin besar. Ada dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I berukuranbesar, datar dan berbentuk skuamosa, bertanggungjawab untuk pertukaran udara. Sedangkan tipeII, yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta dalam pertukaran udara. Sel-sel tipe II inilah yangmemproduksi surfaktan, yang melapisi alveolus dan memcegah kolapnya alveolus.
Sirkulasi pulmonal memiliki aliran yang tinggi dengan tekanan yang rendah (kira-kira 50mmHg). Paru-paru dapat menampung sampai 20% volume darah total tubuh, walaupun hanya10% dari volume tersebut yang tertampung dalam kapiler. Sebagai respon terhadap aktivitas,terjadi peningkatan sirkulasi pulmonal.
Yang paling penting dari sistem ventilasi paru-paru adalah upaya terus menerus untuk memperbarui udara dalam area pertukaran gas paru-paru. Antara alveoli dan pembuluh kapiler paru-paru terjadi difusi gas yang terjadi berdasarkan prinsip perbedaan tekanan parsial gas yangbersangkutan.
Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak pernah sampai pada daerah pertukaran gas,tetapi tetap berada dalam saluran napas di mana pada tempat ini tidak terjadi pertukaran gas,seperti pada hidung, faring dan trakea. Udara ini disebut udara ruang rugi, sebab tidak bergunadalam proses pertukaran gas. Pada waktu ekspirasi, yang pertama kali dikeluarkan adalah udararuang rugi, sebelum udara di alveoli sampai ke udara luar. Oleh karena itu, ruang rugi merupakankerugian dari gas ekspirasi paru-paru. Ruang rugi dibedakan lagi menjadi ruang rugi anatomik dan ruang rugi fisiologik. Ruang rugi anatomik meliputi volume seluruh ruang sistem pernapasanselain alveoli dan daerah pertukaran gas lain yang berkaitan erat. Kadang-kadang, sebagianalveoli sendiri tidak berungsi atau hanya sebagian berfungsi karena tidak adanya atau buruknyaaliran darah yang melewati kapiler paru-paru yang berdekatan. Oleh karena itu, dari segifungsional, alveoli ini harus juga dianggap sebagai ruang rugi dan disebut sebagai ruang rugifisiologis.
Volume statis paru-paru
- Volume tidal (VT) = jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan setiap
kali bernafas pada saat istirahat. Volume tidal normal bagi 350-400 ml.
- Volume residu (RV) = jumlah gas yang tersisa di paru-paru setelah
menghembuskan nafas secara maksimal atau ekspirasi paksa. Nilai
normalnya adalah 1200 ml.
- Kapasitas vital (VC) = jumlah gas yang dapat diekspirasi setelah inspirasi
secara maksimal. VC = VT + IRV + ERV (seharusnya 80% TLC).
Besarnya adalah 4800 ml.
- Kapasitas total paru-paru (TLC) = yaitu jumlah total udara yang dapat
dimasukkan ke dalam paru-paru setelah inspirasi maksimal. TLC= VT +
IRV + ERV + RV. Besarnya adalah 6000 ml.
- Kapasitas residu fungsional (FRC) = jumlah gas yang tertinggal di paruparu setelah ekspirasi volume tidak normal. FRC = ERV + RV. Besarnya
berkisar 2400 ml.
- Kapasitas inspirasi (IC) = jumlah udara maksimal yang dapat diinspirasi
setelah ekspirasi normal. IC = VT + IRT. Nilai normalnya sekitar 3600
ml.
- Volume cadangan inspirasi (IRV) = jumlah udara yang dapat diinspirasi
secara paksa sesudah inspirasi volume tidak normal.
- Volume cadangan ekspirasi (ERV) = jumlah udara yang dapat diekspirasi
secara paksa sesudah ekspirasi volume tidak normal.
Hilus adalah tempat arteri pulmonalis, vena pulmonalis, bronkus dan saluran limfe masuk ke dalam paru. Hilus kanan letaknya kira-kira di pertengahan dari jarak apeks paru ke diafragma kanan. Hilus kiri letaknya lebih tinggi sedikit. Dari hilus ini dapat diikuti cabang-cabang dari arteri pulmonalis di dalam paru-paru yang makin kecil ke arah perifer. Vena pulmonalis tidak selalu terlihat pada radiografi polos, kecuali pada mitral stenosis. Pembuluh darah paru di lapangan bawah tampak lebih banyak dari pada lapangan paru atas. Trakea tampak jelas sebagai garis tengah dengan densitas film yang lebih sedikit. Percabangan trakea terdapat pada torkal ke-5
by Gusri Wahyudi