Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 36
ANALISIS TENTANG PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN DI RSUD SIDOARJO
Damarati 1, Yulis Pujiningsih 2
1.
Tenaga Pengajar Prodi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
2.
Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
ABSTRAK
Ketuban pecah dini merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban satu jam sebelum terdapat tanda- tanda persalinan. Faktor-faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini sulit diketahui. Kemungkinan adalah infeksi, golongan darah ibu dan anak tidak sesuai, multi graviditas (paritas), merokok, defisiensi gizi (vitamin C), inkompetensi servik, polyhidramnion, riwayat ketuban pecah dini, kelainan selaput ketuban. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendapatkan data paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Sidoarjo. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan desain penelitian cross sectional yang pengambilan sampelnya dilakukan secara probablility sampling dan tipe yang digunakan adalah sampel random. Jumlah populasi selama bulan April-Mei 2011 sebanyak 340 orang dan jumlah sampelnya sebanyak 183 orang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 183 ibu bersalin didapatkan sebanyak 138 orang (75,41%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan sebanyak 45 orang (24,59%) mengalami ketuban pecah dini. Dari 71 orang ibu primipara, 55 orang (77,46%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan 16 orang (22,54%) mengalami ketuban pecah dini, sedangkan dari 101 ibu multipara 76 orang (75,24%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan 25 orang (24,76%) mengalami ketuban pecah dini, Dan dari 11 orang ibu grande multipara, 7 orang (63,64%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan 4 orang (36,36%) mengalami ketuban pecah dini. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa sebagian besar ibu bersalin 101 orang (55,20%) adalah multipara.Sebagian besar ketuban pecah dini dialami oleh grande multipara sebanyak 4 orang (36,36%). Sebagian besar ibu bersalin 138 orang (75,41%) tidak mengalami ketuban pecah dini.
Kata Kunci: Paritas, ketuban pecah dini
____________________________________________________________________________
PENDAHULUAN
Berbagai permasalahan yang membahayakan ibu hamil saat ini sangat rentan terjadi, hal ini seiring banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang ditemui di dunia kebidanan terkait dengan tanda-tanda bahaya kehamilan. Yang paling menonjol saat ini adalah kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban ditunggu samapai 1 jam tidak diikuti tanda-tanda persalinan (inpartu). Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi di atas usia kehamilan 37 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah yang kontroversi dalam obstetric yang berkaitan dengan penyebabnya.
Menurut Hidayat (2009) walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD sulit diketahui. Kemungkinan faktor predisposisi adalah infeksi, golongan darah ibu dan anak tidak sesuai, multi graviditas (paritas), merokok, defisiensi gizi (vitamin C), inkompetensi servik, polihidramnion, riwayat KPD sebelumnya, kelainan selaput ketuban.
Menurut Hidayat (2009) komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindroma distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini, selain itu juga terjadinya prolapsus tali pusat. Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada ketuban pecah dini preterm. Hipoplasia paru
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 37
merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban pecah dini preterm. Kejadiannya mencapai 100% apabila ketuban pecah dini preterm terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
Menurut Manuaba (2010) kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu sekitar 4 %. Menurut
Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia sebanyak 35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran, sedangkan data kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo belum ada secara pasti, namun pada saat praktik klinik pada tanggal 29 Nopember- 12 Desember 2010 dari 20 orang ibu bersalin ditemukan 8 orang mengalami ketuban pecah dini. Dari adanya data yang belum pasti mengenai kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang gambaran paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Sidoarjo.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh paritas terhadap kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin periode bulan April-Mei 2011 di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo.
Tujuan Khususnya adalah :
1) Mengidentifikasi paritas ibu bersalin di RSUD Sidoarjo. 2) Mengidentifikasi ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Sidoarjo. 3) Menganalisis ketuban pecah dini dengan paritas di RSUD Sidoarjo.
BAHAN DAN METODE
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas atau risiko dan variabel terikat atau variabel akibat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Metode penelitian deskriptif adalah suatu keadaan secara objektif. Dalam penelitian ini ingin menggambarkan tentang paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin di VK RSUD Sidoarjo periode bulan April-Mei 2011 sebanyak 340 orang.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak besarnya sampel sebanyak 183 orang. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variable bebas dan variable terikat. Variable bebas adalah paritas dan Variabel tergantung dari penelitian ini adalah kejadian ketuban pecah dini.
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai dengan anak terakhir yang dicatat dalam rekam medik. Ketuban pecah dini adalah Ketuban pecah, dan sampai dengan 1 jam belum diikuti tanda-tanda inpartu yang dicatat dalam rekam medik.
Pengumpulan data dengan menggunakan lembar pengumpul data. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara tabulating, peneliti memindahkan data dari rekam medik kedalam tabel untuk dibuat rekapitulasi secara keseluruhan sehingga mempermudah peneliti dalam membuat tabel sesuai karakteristik masing-masing pada hasil penelitian. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan April- Mei 2011. Tempat penelitian ini diadakan di RSUD Sidoarjo.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data paritas ibu bersalin
Tabel 1. Distribusi Frekuensi paritas ibu bersalin di VK RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011
Paritas
f
%
Primipara
71
38,80
Multipara
101
55,20
Grande multipara
11
6,00
Total
183
100
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 183 ibu bersalin, sebanyak 101 orang (55,20%) ibu bersalin adalah multipara.
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 38
Data ketuban pecah dini
Tabel 2 Distribusi Frekuensi kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di VK RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011.
KPD
f
%
Tidak (-)
138
75,41
Ya (+)
45
24,59
Total
183
100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 183 ibu bersalin, sebanyak 138 orang (75,41%) tidak mengalami KPD.
Data ketuban pecah dini pada primipara
Tabel 3 Distribusi Frekuensi kejadian ketuban pecah dini pada primipara di RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011
Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa dari 71 ibu primipara sebanyak 55 orang (77,46%) tidak mengalami KPD.
Data ketuban pecah dini pada multipara
Tabel 4 Distribusi Frekuensi kejadian ketuban pecah dini pada multipara di RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011.
Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa dari 101 orang ibu multipara, sebanyak 76 orang (75,24%) tidak mengalami KPD
Data ketuban pecah dini pada grande multipara
Tabel 4 Distribusi Frekuensi kejadian ketuban pecah dini pada grande multipara di RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011.
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 11 orang grande multipara, 7 orang (63,64%) tidak mengalami KPD.
Analisis Data
Analisis Data paritas ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini.
Tabel 6 Analisis Dataparitas ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo periode bulan April-Mei 2011
Paritas
KPD
Jumlah
YA(+)
TDK(-)
f
%
f
%
f
%
Primipara
16
22,54
55
77,46
71
100
Multipara
25
24,76
76
75,46
101
100
Grandemultipara
4
36,36
7
63,64
11
100
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa dari 71 orang ibu kelompok primipara, sebagian besar yaitu 55 orang (77,46%) ibu bersalin tidak mengalami KPD. Sedangkan dari 101 orang ibu kelompok multipara, sebanyak 76 orang (75,46%) ibu bersalin tidak mengalami KPD. Dan dari 11 orang ibu kelompok grandemultipara, sebanyak 7 orang (63,64%) ibu bersalin tidak mengalami KPD.
Keadaan Paritas Ibu Bersalin di RSUD Sidoarjo.
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 183 ibu bersalin, sebagian besar yaitu 101 orang (55,20%) ibu bersalin adalah multipara.
Hal ini sesuai dengan teori Wiknjosastro (2007), yang menyatakan bahwa Paritas 2-3 (multipara) merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka
KPD
f
%
Tidak (-)
55
77,46
Ya (+)
16
22,5
Total
71
100
KPD
f
%
Tidak (-)
76
75,24
Ya (+)
25
24,76
Total
101
100
KPD
f
%
Tidak (-)
7
63,64
Ya (+)
4
36,36
Total
11
100
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 39
kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas satu dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.
Banyaknya ibu multipara yang bersalin di RSUD Sidoarjo menggambarkan bahwa program keluarga berencana sudah berhasil khususnya di kabupaten Sidoarjo. Keberhasilan program KB di kabupaten Sidoajo menepis opini yang ada di masyarakat bahwa banyak anak banyak rejeki.
Opini tersebut sudah tidak berlaku pada saat ini karna sebagian besar masyarakat sudah mengerti bahwa semakin banyak anak semakin banyak komplikasi pada saat hamil atau melahirkan.
Oleh karena itu, ibu dengan paritas 2-3 dianggap aman dalam menjalani proses kehamilan dan persiapan persalinannya, karena pada paritas ini ibu sudah memiliki pengalaman dalam menjalani proses kehamilan dan persalinannya. Selain itu, pada ibu multipara motilitas uterus dan kelenturan leher rahim masih berfungsi dengan baik.
Kejadian Ketuban Pecah dini di RSUD Sidoarjo.
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 45 orang (24,59%) mengalami ketuban pecah dini.
Tingginya kejadian ketuban pecah dini sebanyak 45 orang (24,59%) dari 183 orang yang bersalin di RSUD Sidoarjo tidak sesuai dengan teori Manuaba (2010), yang menyatakan bahwa Insidensi ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua persalinan. Selain itu, tingginya angka kejadian ketuban pecah dini di VK RSUD Sidoarjo juga dikarenakan RS tersebut merupakan RS rujukan tipe B non pendidikan untuk wilayah disekitar Kabupaten Sidoarjo. Sehingga banyaknya kejadian Ketuban pecah dini dikarenakan banyaknya rujukan ibu bersalin dengan ketuban pecah dini dari pelayanan-pelayanan kesehatan disekitar Kabupaten Sidoarjo, sehingga banyaknya kejadian ketuban pecah dini dikarenakan jumlah rujukan dari pelayanan kesehatan disekitar kabupaten Sidoarjo yang cukup sering.
Meskipun banyak publikasi tentang ketuban pecah dini, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, misalnya paritas. Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial dalam kasus kebidanan. Ketuban pecah dini seringkali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus ketuban pecah dini terutama pada pengelolaan konservatif.
Pembahasan tentang paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin.
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 71 orang ibu kelompok primipara, sebagian besar yaitu 55 orang (77,46%) ibu bersalin tidak mengalami KPD. Sedangkan dari 101 orang ibu kelompok multipara, sebanyak 76 orang (75,46%) ibu bersalin tidak mengalami KPD. Dan dari 11 orang ibu kelompok grandemultipara, sebanyak 7 orang (63,64%) ibu bersalin tidak mengalami KPD.
Hal ini tidak sesuai dengan teori Manuaba (2010) yang menyatakan bahwa paritas (multi/ grande multipara) merupakan faktor penyebab umu terjadinya ketuban pecah dini. Sedangkan menurut Geri Morgan dan Carole Hamilton (2009), paritas merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan ketuban pecah dini karena peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama proses kelahiran sebelumnya dan teori Dr.Prasanthi (2009) yang menyebutkan bahwa risiko terjadinya ketuban pecah dini lebih banyak terjadi pada grandemultipara yang disebabkan oleh motilitas uterus berlebih, perut gantung, kelenturan leher rahim yang berkurang sehingga dapat terjadi
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 40
pembukaan dini pada serviks, yang mengakibatkan terjadinya ketuban pecah dini.
Dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa sebagian besar ibu bersalin tidak mengalami ketuban pecah dini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pemeriksaan kehamilan yang teratur. Kebiasaan hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan yang sehat, minum cukup, olahraga teratur dan berhenti merokok. Membiasakan diri membersihkan daerah kemaluan dengan benar, yakni dari depan ke belakang, terutama setelah berkemih atau buang air besar. Memeriksakan diri ke dokter bila ada sesuatu yang tidak normal di daerah kemaluan, misalnya keputihan yang berbau atau berwarna tidak seperti biasanya. Untuk sementara waktu, berhenti melakukan hubungan seksual bila ada indikasi yang menyebabkan ketuban pecah dini, seperti mulut rahim yang lemah.
Menurut Ayah Bunda (2011) Mengonsumsi 100 mg vitamin C secara teratur saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu bisa mencegah terjadinya ketuban pecah dini. Dari hasil penelitian dari National Institute of Perinatology di Meksiko City, pada 120 wanita hamil yang secara acak diberikan 100 mg vitamin C, pada saat kehamilan memasuki usia 20 minggu. Vitamin C telah diketahui berperan penting dalam mempertahankan keutuhan membran (lapisan) yang menyelimuti janin dan cairan ketuban. Walaupun penelitian sebelumnya telah menghubungkan kadar yang rendah dari vitamin C pada ibu dengan meningkatnya resiko terjadinya pecahnya membran secara dini atau yang disebut dengan ketuban pecah dini ("premature rupture of membranes", PROM), tapi penelitian itu tidak menjelaskan tentang penggunaan suplemen vitamin C dalam menurunkan risiko terjadinya KPD.
Untuk itu, penelitian di Meksiko ini dilakukan. Dari hasil pemberian suplemen vitamin C yang dimulai pada saat usia kehamilan 20 minggu, menunjukkan peningkatan dari kadar vitamin C dalam darah dibanding dengan kelompok kontrol (tidak diberikan suplemen vitamin C). Dan peningkatan ini berhubungan juga dengan menurunnya resiko untuk mengalami KPD. Pada kelompok kontrol, terjadi KPD pada 14 dari 57 kehamilan (25%), sedang pada kelompok ibu yang diberikan vitamin C, terjadi penurunan KPD, yaitu hanya terjadi pada 4 dari 52 kehamilan.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan tujuan penelitian yaitu mengetahui tentang paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di VK RSUD Sidoarjo pada Bulan April-Mei 2011 dengan 183 ibu bersalin, maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut 1) Sebagian besar ibu bersalin 101 orang (55,20%) adalah multipara. 2) Sebagian besar ketuban pecah dini dialami oleh grande multipara sebanyak 4 orang (36,36%). 3) Sebagian besar ibu bersalin 138 orang (75,41%) tidak mengalami ketuban pecah dini.
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan sebagai berikut :
1) Bagi Tenaga Kesehatan diharapkan agar lebih meningkatkan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi mengenai komplikasi kehamilan misalnya ketuban pecah dini. Selain itu, bidan juga harus menyarankan kepada pasien agar rutin melakukan kunjungan antenatal sebagai deteksi dini adanya tanda-tanda bahaya kehamilan.
2) Bagi masyarakat hendaknya selalu memperhatiakn kondisi kehamilannya dan selalu memeriksakan ke tenaga kesehatan.
DAFTAR ACUAN
Ayah Bunda. 2011. Ketuban pecah dini. http//www.ayahbunda.co.id/artikel/kehamilan/tips/mengatasi ketuban pecah dini.
Bobak, dkk. 2005. Keperawatan maternitas. Jakarta : EGC
Friedman, 2005. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Harry Oxorn dan William R.forte 2010. Ilmu kebidanan patologi dan fisiologi persalinan.
Hidayat, Asri, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 41
Ketuban pecah dini. http://bidan-raka.blogspot.com/2011/04/ketuban-pecah-dini-kpd-atau-premature.html
Liu, David TY. 2008. Manual Persalinan. Jakarta :EGC
Manuaba, I.B.G, dkk. . 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologo & Obstetri Ginekologi Sosial Untuk profesi Bidan. Jakarta : EGC
_________. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :EGC
Morgan, Geri dan Hamilton Carole. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam, Siti Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Prasanthi. 2009. Morbiditas dan Mortalitas Perinatal Kasus Ketuban Pecah Dini. http://www.nikita/konsultasi-ibu/hamil.2009.php. (Diakses pada tanggal 25 februari 2011).
Santoso, Gempur. 2007. Fundamental metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif. Jakarta : Perstasi Pustaka.
Tim JNPK-KR. 2008. Asuhan persalinan normal. Jakarta:JNPK-KR.
Wiknjosastro, H,.2007. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Embrio, Jurnal Kebidanan 36
ANALISIS TENTANG PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN DI RSUD SIDOARJO
Damarati 1, Yulis Pujiningsih 2
1.
Tenaga Pengajar Prodi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
2.
Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
ABSTRAK
Ketuban pecah dini merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban satu jam sebelum terdapat tanda- tanda persalinan. Faktor-faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini sulit diketahui. Kemungkinan adalah infeksi, golongan darah ibu dan anak tidak sesuai, multi graviditas (paritas), merokok, defisiensi gizi (vitamin C), inkompetensi servik, polyhidramnion, riwayat ketuban pecah dini, kelainan selaput ketuban. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendapatkan data paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Sidoarjo. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan desain penelitian cross sectional yang pengambilan sampelnya dilakukan secara probablility sampling dan tipe yang digunakan adalah sampel random. Jumlah populasi selama bulan April-Mei 2011 sebanyak 340 orang dan jumlah sampelnya sebanyak 183 orang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 183 ibu bersalin didapatkan sebanyak 138 orang (75,41%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan sebanyak 45 orang (24,59%) mengalami ketuban pecah dini. Dari 71 orang ibu primipara, 55 orang (77,46%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan 16 orang (22,54%) mengalami ketuban pecah dini, sedangkan dari 101 ibu multipara 76 orang (75,24%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan 25 orang (24,76%) mengalami ketuban pecah dini, Dan dari 11 orang ibu grande multipara, 7 orang (63,64%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan 4 orang (36,36%) mengalami ketuban pecah dini. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa sebagian besar ibu bersalin 101 orang (55,20%) adalah multipara.Sebagian besar ketuban pecah dini dialami oleh grande multipara sebanyak 4 orang (36,36%). Sebagian besar ibu bersalin 138 orang (75,41%) tidak mengalami ketuban pecah dini.
Kata Kunci: Paritas, ketuban pecah dini
____________________________________________________________________________
PENDAHULUAN
Berbagai permasalahan yang membahayakan ibu hamil saat ini sangat rentan terjadi, hal ini seiring banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang ditemui di dunia kebidanan terkait dengan tanda-tanda bahaya kehamilan. Yang paling menonjol saat ini adalah kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban ditunggu samapai 1 jam tidak diikuti tanda-tanda persalinan (inpartu). Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi di atas usia kehamilan 37 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah yang kontroversi dalam obstetric yang berkaitan dengan penyebabnya.
Menurut Hidayat (2009) walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD sulit diketahui. Kemungkinan faktor predisposisi adalah infeksi, golongan darah ibu dan anak tidak sesuai, multi graviditas (paritas), merokok, defisiensi gizi (vitamin C), inkompetensi servik, polihidramnion, riwayat KPD sebelumnya, kelainan selaput ketuban.
Menurut Hidayat (2009) komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindroma distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini, selain itu juga terjadinya prolapsus tali pusat. Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada ketuban pecah dini preterm. Hipoplasia paru
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 37
merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban pecah dini preterm. Kejadiannya mencapai 100% apabila ketuban pecah dini preterm terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
Menurut Manuaba (2010) kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu sekitar 4 %. Menurut
Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia sebanyak 35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran, sedangkan data kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo belum ada secara pasti, namun pada saat praktik klinik pada tanggal 29 Nopember- 12 Desember 2010 dari 20 orang ibu bersalin ditemukan 8 orang mengalami ketuban pecah dini. Dari adanya data yang belum pasti mengenai kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang gambaran paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Sidoarjo.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh paritas terhadap kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin periode bulan April-Mei 2011 di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo.
Tujuan Khususnya adalah :
1) Mengidentifikasi paritas ibu bersalin di RSUD Sidoarjo. 2) Mengidentifikasi ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Sidoarjo. 3) Menganalisis ketuban pecah dini dengan paritas di RSUD Sidoarjo.
BAHAN DAN METODE
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas atau risiko dan variabel terikat atau variabel akibat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Metode penelitian deskriptif adalah suatu keadaan secara objektif. Dalam penelitian ini ingin menggambarkan tentang paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin di VK RSUD Sidoarjo periode bulan April-Mei 2011 sebanyak 340 orang.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak besarnya sampel sebanyak 183 orang. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variable bebas dan variable terikat. Variable bebas adalah paritas dan Variabel tergantung dari penelitian ini adalah kejadian ketuban pecah dini.
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai dengan anak terakhir yang dicatat dalam rekam medik. Ketuban pecah dini adalah Ketuban pecah, dan sampai dengan 1 jam belum diikuti tanda-tanda inpartu yang dicatat dalam rekam medik.
Pengumpulan data dengan menggunakan lembar pengumpul data. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara tabulating, peneliti memindahkan data dari rekam medik kedalam tabel untuk dibuat rekapitulasi secara keseluruhan sehingga mempermudah peneliti dalam membuat tabel sesuai karakteristik masing-masing pada hasil penelitian. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan April- Mei 2011. Tempat penelitian ini diadakan di RSUD Sidoarjo.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data paritas ibu bersalin
Tabel 1. Distribusi Frekuensi paritas ibu bersalin di VK RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011
Paritas
f
%
Primipara
71
38,80
Multipara
101
55,20
Grande multipara
11
6,00
Total
183
100
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 183 ibu bersalin, sebanyak 101 orang (55,20%) ibu bersalin adalah multipara.
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 38
Data ketuban pecah dini
Tabel 2 Distribusi Frekuensi kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di VK RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011.
KPD
f
%
Tidak (-)
138
75,41
Ya (+)
45
24,59
Total
183
100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 183 ibu bersalin, sebanyak 138 orang (75,41%) tidak mengalami KPD.
Data ketuban pecah dini pada primipara
Tabel 3 Distribusi Frekuensi kejadian ketuban pecah dini pada primipara di RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011
Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa dari 71 ibu primipara sebanyak 55 orang (77,46%) tidak mengalami KPD.
Data ketuban pecah dini pada multipara
Tabel 4 Distribusi Frekuensi kejadian ketuban pecah dini pada multipara di RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011.
Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa dari 101 orang ibu multipara, sebanyak 76 orang (75,24%) tidak mengalami KPD
Data ketuban pecah dini pada grande multipara
Tabel 4 Distribusi Frekuensi kejadian ketuban pecah dini pada grande multipara di RSUD Sidoarjo bulan April-Mei 2011.
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 11 orang grande multipara, 7 orang (63,64%) tidak mengalami KPD.
Analisis Data
Analisis Data paritas ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini.
Tabel 6 Analisis Dataparitas ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Sidoarjo periode bulan April-Mei 2011
Paritas
KPD
Jumlah
YA(+)
TDK(-)
f
%
f
%
f
%
Primipara
16
22,54
55
77,46
71
100
Multipara
25
24,76
76
75,46
101
100
Grandemultipara
4
36,36
7
63,64
11
100
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa dari 71 orang ibu kelompok primipara, sebagian besar yaitu 55 orang (77,46%) ibu bersalin tidak mengalami KPD. Sedangkan dari 101 orang ibu kelompok multipara, sebanyak 76 orang (75,46%) ibu bersalin tidak mengalami KPD. Dan dari 11 orang ibu kelompok grandemultipara, sebanyak 7 orang (63,64%) ibu bersalin tidak mengalami KPD.
Keadaan Paritas Ibu Bersalin di RSUD Sidoarjo.
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 183 ibu bersalin, sebagian besar yaitu 101 orang (55,20%) ibu bersalin adalah multipara.
Hal ini sesuai dengan teori Wiknjosastro (2007), yang menyatakan bahwa Paritas 2-3 (multipara) merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka
KPD
f
%
Tidak (-)
55
77,46
Ya (+)
16
22,5
Total
71
100
KPD
f
%
Tidak (-)
76
75,24
Ya (+)
25
24,76
Total
101
100
KPD
f
%
Tidak (-)
7
63,64
Ya (+)
4
36,36
Total
11
100
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 39
kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas satu dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.
Banyaknya ibu multipara yang bersalin di RSUD Sidoarjo menggambarkan bahwa program keluarga berencana sudah berhasil khususnya di kabupaten Sidoarjo. Keberhasilan program KB di kabupaten Sidoajo menepis opini yang ada di masyarakat bahwa banyak anak banyak rejeki.
Opini tersebut sudah tidak berlaku pada saat ini karna sebagian besar masyarakat sudah mengerti bahwa semakin banyak anak semakin banyak komplikasi pada saat hamil atau melahirkan.
Oleh karena itu, ibu dengan paritas 2-3 dianggap aman dalam menjalani proses kehamilan dan persiapan persalinannya, karena pada paritas ini ibu sudah memiliki pengalaman dalam menjalani proses kehamilan dan persalinannya. Selain itu, pada ibu multipara motilitas uterus dan kelenturan leher rahim masih berfungsi dengan baik.
Kejadian Ketuban Pecah dini di RSUD Sidoarjo.
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 45 orang (24,59%) mengalami ketuban pecah dini.
Tingginya kejadian ketuban pecah dini sebanyak 45 orang (24,59%) dari 183 orang yang bersalin di RSUD Sidoarjo tidak sesuai dengan teori Manuaba (2010), yang menyatakan bahwa Insidensi ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua persalinan. Selain itu, tingginya angka kejadian ketuban pecah dini di VK RSUD Sidoarjo juga dikarenakan RS tersebut merupakan RS rujukan tipe B non pendidikan untuk wilayah disekitar Kabupaten Sidoarjo. Sehingga banyaknya kejadian Ketuban pecah dini dikarenakan banyaknya rujukan ibu bersalin dengan ketuban pecah dini dari pelayanan-pelayanan kesehatan disekitar Kabupaten Sidoarjo, sehingga banyaknya kejadian ketuban pecah dini dikarenakan jumlah rujukan dari pelayanan kesehatan disekitar kabupaten Sidoarjo yang cukup sering.
Meskipun banyak publikasi tentang ketuban pecah dini, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, misalnya paritas. Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial dalam kasus kebidanan. Ketuban pecah dini seringkali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus ketuban pecah dini terutama pada pengelolaan konservatif.
Pembahasan tentang paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin.
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 71 orang ibu kelompok primipara, sebagian besar yaitu 55 orang (77,46%) ibu bersalin tidak mengalami KPD. Sedangkan dari 101 orang ibu kelompok multipara, sebanyak 76 orang (75,46%) ibu bersalin tidak mengalami KPD. Dan dari 11 orang ibu kelompok grandemultipara, sebanyak 7 orang (63,64%) ibu bersalin tidak mengalami KPD.
Hal ini tidak sesuai dengan teori Manuaba (2010) yang menyatakan bahwa paritas (multi/ grande multipara) merupakan faktor penyebab umu terjadinya ketuban pecah dini. Sedangkan menurut Geri Morgan dan Carole Hamilton (2009), paritas merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan ketuban pecah dini karena peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama proses kelahiran sebelumnya dan teori Dr.Prasanthi (2009) yang menyebutkan bahwa risiko terjadinya ketuban pecah dini lebih banyak terjadi pada grandemultipara yang disebabkan oleh motilitas uterus berlebih, perut gantung, kelenturan leher rahim yang berkurang sehingga dapat terjadi
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 40
pembukaan dini pada serviks, yang mengakibatkan terjadinya ketuban pecah dini.
Dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa sebagian besar ibu bersalin tidak mengalami ketuban pecah dini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pemeriksaan kehamilan yang teratur. Kebiasaan hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan yang sehat, minum cukup, olahraga teratur dan berhenti merokok. Membiasakan diri membersihkan daerah kemaluan dengan benar, yakni dari depan ke belakang, terutama setelah berkemih atau buang air besar. Memeriksakan diri ke dokter bila ada sesuatu yang tidak normal di daerah kemaluan, misalnya keputihan yang berbau atau berwarna tidak seperti biasanya. Untuk sementara waktu, berhenti melakukan hubungan seksual bila ada indikasi yang menyebabkan ketuban pecah dini, seperti mulut rahim yang lemah.
Menurut Ayah Bunda (2011) Mengonsumsi 100 mg vitamin C secara teratur saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu bisa mencegah terjadinya ketuban pecah dini. Dari hasil penelitian dari National Institute of Perinatology di Meksiko City, pada 120 wanita hamil yang secara acak diberikan 100 mg vitamin C, pada saat kehamilan memasuki usia 20 minggu. Vitamin C telah diketahui berperan penting dalam mempertahankan keutuhan membran (lapisan) yang menyelimuti janin dan cairan ketuban. Walaupun penelitian sebelumnya telah menghubungkan kadar yang rendah dari vitamin C pada ibu dengan meningkatnya resiko terjadinya pecahnya membran secara dini atau yang disebut dengan ketuban pecah dini ("premature rupture of membranes", PROM), tapi penelitian itu tidak menjelaskan tentang penggunaan suplemen vitamin C dalam menurunkan risiko terjadinya KPD.
Untuk itu, penelitian di Meksiko ini dilakukan. Dari hasil pemberian suplemen vitamin C yang dimulai pada saat usia kehamilan 20 minggu, menunjukkan peningkatan dari kadar vitamin C dalam darah dibanding dengan kelompok kontrol (tidak diberikan suplemen vitamin C). Dan peningkatan ini berhubungan juga dengan menurunnya resiko untuk mengalami KPD. Pada kelompok kontrol, terjadi KPD pada 14 dari 57 kehamilan (25%), sedang pada kelompok ibu yang diberikan vitamin C, terjadi penurunan KPD, yaitu hanya terjadi pada 4 dari 52 kehamilan.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan tujuan penelitian yaitu mengetahui tentang paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di VK RSUD Sidoarjo pada Bulan April-Mei 2011 dengan 183 ibu bersalin, maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut 1) Sebagian besar ibu bersalin 101 orang (55,20%) adalah multipara. 2) Sebagian besar ketuban pecah dini dialami oleh grande multipara sebanyak 4 orang (36,36%). 3) Sebagian besar ibu bersalin 138 orang (75,41%) tidak mengalami ketuban pecah dini.
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan sebagai berikut :
1) Bagi Tenaga Kesehatan diharapkan agar lebih meningkatkan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi mengenai komplikasi kehamilan misalnya ketuban pecah dini. Selain itu, bidan juga harus menyarankan kepada pasien agar rutin melakukan kunjungan antenatal sebagai deteksi dini adanya tanda-tanda bahaya kehamilan.
2) Bagi masyarakat hendaknya selalu memperhatiakn kondisi kehamilannya dan selalu memeriksakan ke tenaga kesehatan.
DAFTAR ACUAN
Ayah Bunda. 2011. Ketuban pecah dini. http//www.ayahbunda.co.id/artikel/kehamilan/tips/mengatasi ketuban pecah dini.
Bobak, dkk. 2005. Keperawatan maternitas. Jakarta : EGC
Friedman, 2005. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Harry Oxorn dan William R.forte 2010. Ilmu kebidanan patologi dan fisiologi persalinan.
Hidayat, Asri, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika
Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 41
Ketuban pecah dini. http://bidan-raka.blogspot.com/2011/04/ketuban-pecah-dini-kpd-atau-premature.html
Liu, David TY. 2008. Manual Persalinan. Jakarta :EGC
Manuaba, I.B.G, dkk. . 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologo & Obstetri Ginekologi Sosial Untuk profesi Bidan. Jakarta : EGC
_________. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :EGC
Morgan, Geri dan Hamilton Carole. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam, Siti Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Prasanthi. 2009. Morbiditas dan Mortalitas Perinatal Kasus Ketuban Pecah Dini. http://www.nikita/konsultasi-ibu/hamil.2009.php. (Diakses pada tanggal 25 februari 2011).
Santoso, Gempur. 2007. Fundamental metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif. Jakarta : Perstasi Pustaka.
Tim JNPK-KR. 2008. Asuhan persalinan normal. Jakarta:JNPK-KR.
Wiknjosastro, H,.2007. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.